Mohon tunggu...
Madinatul Munawwaroh
Madinatul Munawwaroh Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi yang menulis

Sedang berlatih menyampaikan hal-hal yang menarik minat melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Potensi Prebiotik dan Probiotik sebagai Intervensi Gizi dalam Proses Penyembuhan Pasien Covid-19

2 November 2020   13:57 Diperbarui: 2 November 2020   14:33 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, seluruh negara tidak terkecuali Indonesia sedang melawan sesuatu yang tidak kasat mata. Satu jenis virus baru ditemukan di wilayah Wuhan (China) dan menyebabkan penyakit, penularannya terbilang cepat karena dua bulan setelah itu World Health Organization (WHO) mengumumkan status pandemi penyakit yang selanjutnya disebut Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti batuk kering, demam, sakit tenggorokan, nyeri badan, diare, sakit kepala, sampai gagal napas. Kendati gejala yang diakibatkan tampak seperti gejala umum, namun hal yang menyeramkan dari penyakit Covid-19 ini adalah belum terbentuknya antibodi dalam tubuh manusia disebabkan karena jenis virus SARS-CoV-2 belum diketahui secara lengkap karakteristiknya, bagi sebagian orang (termasuk orang dewasa lanjut usia dan anak-anak) virus ini berisiko tinggi dapat menyebabkan gejala berat sampai kematian.

Berdasarkan laman WHO per tanggal 31 Oktober 2020 sudah terdapat 45 juta kasus pasien positif, dan berdasarkan laman BNPB di Indonesia, kasus positif mencapai 409.696 orang termasuk yang dirawat di rumah sakit. Demi mencegah penyebaran virus, pemerintah sudah melakukan banyak hal di antaranya pencegahan melalui contact tracing, memperbanyak swab test, dan menambah jumlah rumah sakit darurat serta memberdayakan tenaga kesehatan.

Dari berbagai pencegahan dan intervensi yang dilakukan saat ini, peran tenaga medis tentu semakin berat dan membingungkan akibat belum adanya vaksin untuk virus Covid-19. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh tenaga medis dalam merawat pasien, di antaranya menggunakan obat hidrouquinon, terapi darah plasma konvalesen, dan lain-lain. Peran ahli gizi dalam penyembuhan pasien Covid-19 juga tidak bisa dianggap remeh, ada beberapa penelitian yang bisa dijadikan dasar dan pengembangan lebih lanjut seperti dengan mengoptimalkan fungsi gut microbiota (mikrobiota usus) dalam tubuh.

Mikrobiota merupakan suatu kumpulan yang kompleks dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Mikrobioma yang berasosiasi dengan manusia disebut mikrobiota, namun penggunaan kata "mikrobioma" dan "mikrobiota" sering digunakan bersamaan. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di usus (Dietert, 2015). Banyak penelitian menyebutkan bahwa bakteri yang ada dalam usus manusia berperan dalam imunitas tubuh, salah satunya juga terdapat mengenai peran probiotik dan prebiotik yang baik untuk saluran pencernaan.

Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang bermanfaat bagi kesehatan inang (baik itu hewan maupun manusia). Prinsip kerja probiotik yaitu dengan memanfaatkan kemampuan organisme tersebut dalam menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan prebiotik adalah karbohidrat yang tidak dicerna tubuh, namun dapat dicerna oleh mikroba yang menguntungkan dalam tubuh, sehingga meningkatkan kesehatan (Widianingsih, 2011).

Secara sederhana, probiotik merupakan mikroorganisme baik yang secara alami ada dalam usus (contohnya Lactobacillus dan Bifidobacterium) dan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat memberikan manfaat. Sedangkan prebiotik adalah senyawa yang tidak dapat dicerna namun bisa memicu atau menstimulasi aktivitas probiotik sehingga berkembang optimal. Kombinasi antara probiotik dan prebiotik ini akan menghasilkan sinbiotik (eubiotik) sehingga manfaat yang didapatkan oleh tubuh lebih banyak. Makanan yang mengandung probiotik dapat ditemukan di produk fermentasi seperti tempe, yogurt, kefir, keju, dan lain-lain. Sedangkan contoh makanan yang mengandung prebiotik dapat ditemukan dalam umbi-umbian serta buah dan sayur yang kaya akan serat.

Lalu, bagaimana cara kerja probiotik dan prebiotik sehingga dapat meningkatkan sistem imun tubuh? Pertama, harus diketahui bahwa sistem pencernaan manusia dipenuhi oleh bakteri baik dan bakteri jahat, bakteri baik ini akan membantu tubuh dalam mencerna makanan, menyeimbangkan pH tubuh, dan membuat patogen pembawa penyakit tidak bisa menginfeksi tubuh. Belakangan ini, produk dengan kandungan probiotik semakin marak seiring banyaknya penyakit yang berhubungan dengan kesehatan saluran cerna. Probiotik telah banyak dimanfaatkan dalam penanggulangan penyakit diare, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mencegah kanker usus, dan meningkatkan sistem imun tubuh. Bakteri baik (probiotik) membantu meningkatkan sel pertahanan sehingga sistem imun tubuh bekerja optimal.

Kedua, prebiotik merupakan zat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, namun bukan berarti prebiotik tidak berguna, justru prebiotik bisa memberikan manfaat bagi tubuh manusia dengan cara menstimulasi perkembangan mikroba atau probiotik dan menekan pertumbuhan patogen (bakteri jahat) pada saluran cerna sehingga meningkatkan kesehatan manusia. Konsumsi makanan mengandung probiotik saja apabila tidak didukung oleh konsumsi makanan mengandung prebiotik, maka bakteri jahat akan berkembang lebih banyak dan membuat tubuh mengalami peradangan (inflamasi).

Melihat manfaat probiotik dan prebiotik, maka ada peluang menguntungkan dalam penyembuhan pasien Covid-19. Dapat diketahui bahwa virus Covid-19 bisa berdampak pada penurunan sistem imun tubuh, sebagai ahli gizi yang artinya juga merupakan tenaga kesehatan dalam proses penyembuhan pasien Covid-19, hal ini dapat dikembangkan misalnya dengan mengembangkan menu diet tinggi kandungan probiotik dan prebiotik. Tentunya dengan berbagai catatan mengenai bagaimana interaksi obat dan makanannya, dan diskusi dengan tenaga kesehatan lainnya seperti Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), perawat, apoteker, dan lainnya.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun