Mohon tunggu...
Madinatul Munawwaroh
Madinatul Munawwaroh Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi yang menulis

Sedang berlatih menyampaikan hal-hal yang menarik minat melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pemenuhan Gizi Mahasiswa dengan Nasi Instan Paket Komplet

30 Agustus 2018   12:54 Diperbarui: 30 Agustus 2018   18:19 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Thinkstock Photo)

Eddy Setyo Mudjajanto, dosen gizi masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor menyebutkan pada Harian Kompas Sabtu, 14 September 2013 bahwa jika makanan berpengawet dikonsumsi secara terus-menerus, bisa memicu gangguan kesehatan, termasuk kanker. 

Selain itu, juga diungkapkan bahwa belum ada bukti ilmiah mengenai bahaya mi instan, karena isu tersebut baru dugaan sehingga sebaiknya konsumsi mi instan dibatasi tiga kali seminggu.

Pada artikel harian Antara News, Sabtu 25 Januari 2014, M. Alwi yang merupakan koordinator Badan Pengawasan Obat dan Makanan daerah Karawang, mengatakan bahwa para korban banjir yang mengungsi sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi mi instan. 

Hal ini dilansir ketika terjadi banjir di daerah Kampung Melayu. Jakarta Timur. Pada artikel yang sama juga dijelaskan bahwa mi instan mengandung zat sintetik yang meskipun dampaknya tidak secara langsung, tetapi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat sintetik biasanya akan mengakibatkan gangguan saluran pencernaan, sakit perut dan diare.

Nasi Instan, Apa Itu?

Saat ini, beras merupakan komoditi pangan yang populer untuk negara-negara Timur, tak terkecuali Indonesia. Sekitar 52-55% kalori dan 45-48% protein bagi sebagian besar penduduk lndonesia berasai dari beras.

Cara pengolahan beras yang paling umum adalah dimasak menjadi nasi atau bubur. Nasi yang dimasak dari beras biasa memerlukan waktu pemasakan 20-30 menit sampai tingkat kematangan yang dapat diterima. Bila ditambah proses sebelumnya yang meliputi perendaman, pencucian, dan pengukusan memerlukan waktu total sekitar 1 jam. Persiapan nasi yang begitu lama untuk golongan masyarakat tertentu, terutama yang sibuk, menjadi penghambat utama sehingga mereka malas memasak nasi

Oleh sebab itu, orang-orang industri pangan melihat celah ini dengan baik, mereka mengembangkan produk nasi instan sebagai alternatif bagi orang Indonesia yang istilahnya "Belum makan, kalau belum makan nasi."

Nasi instan diolah dengan teknologi sehingga beras dibuat memiliki pori-pori besar. Beras juga dimasak dengan suhu dan tekanan tinggi, lalu dikeringkan. Beras instan yang siap pakai, cukup ditambah air mendidih dan didiamkan selama 5 menit lalu siap dikonsumsi.

Hal ini diharapkan dapat menjadi pemecahan masalah akan tingginya konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat utama, apalagi nasi instan memiliki nilai energi dan protein yang sama dengan nasi yang dimasak dari beras biasa. Meskipun dalam pengolahannya nanti, nasi instan juga harus dilengkapi dengan lauk dan sayur untuk memenuhi kebutuhan energi dalam sehari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun