Remaja sebagai penyumbang utama angka stuntingÂ
Secara global, lebih dari 3 miliar orang, atau hampir setengah dari populasi dunia, berusia di bawah 25 tahun. Di antara mereka, sekitar 1,2 miliar adalah remaja, berusia antara 10 dan 19 tahun.Â
Di antara kesulitan-kesulitan ini, kehamilan remaja adalah yang paling serius karena efek negatifnya pada kesehatan ibu dan anak. Diperkirakan sekitar 16 juta remaja perempuan melahirkan setiap tahun; 95% dari kelahiran tersebut terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kehamilan remaja sering kali menyebabkan putus sekolah, yang berdampak negatif pada pendidikan dan pendapatan wanita muda.Â
Oleh karena itu, korelasi kesehatan antargenerasi antara seorang ibu dan keturunannya telah dinilai dengan menggunakan tinggi badan ibu sebagai penanda. Perawakan ibu itu sendiri terutama ditemukan terkait dengan status gizi anak. Studi melaporkan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu dengan perawakan pendek lebih mungkin mengalami stunting.
Stunting tampaknya menggambarkan masalah hilir, yang merupakan tanggung jawab sektor kesehatan, sementara masalah utama terakumulasi di hulu, di mana berbagai sektor bertanggung jawab untuk itu. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi kerangka kerja kolaboratif dan komitmen multisektoral Scaling Up Nutrition untuk mengakhiri malnutrisi dalam segala bentuknya, termasuk stunting.Â
Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan dan program untuk pengurangan stunting. Salah satu kebijakan yang dilakukan secara nasional adalah:Â
Aksi konvergensi percepatan pencegahan dan penurunan stunting yang melibatkan seluruh sektor pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota. Secara praktis, aksi konvergensi merupakan strategi dan upaya untuk menyatukan berbagai program dari berbagai sektor untuk satu tujuan utama, yaitu fokus pada pencegahan dan penurunan stunting. Penilaian implementasi kebijakan dan intervensi sangat penting sebagai umpan balik dan alat untuk perbaikan kebijakan/program.Â
Penelitian implementasi dapat mempertimbangkan semua aspek implementasi, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi, proses implementasi, dan hasil implementasi, termasuk solusi potensial untuk sistem kesehatan. Salah satu alatnya adalah melalui penilaian implementasi outcome, dimana variabelnya terdiri dari akseptabilitas, adopsi, kesesuaian, kelayakan, ketepatan, biaya implementasi, cakupan, dan keberlanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H