Kekhawatiran Rani
Kesibukan Rama semakin padat, ia berangkat pukul 05.00 dan pulang larut malam pukul 20.30 ia baru sampai di Rumah mertuanya hari-hari yang melelahkan bagi Rama, tapi ia menikmatinya dan bahagia hidup bersama Rani, Karirnya di bidang usaha semakin melejit. Tetapi disisi lain Istrinya merasa sepi dan jenuh karena ia tak bisa berbagi rasa dan cerita, Rani merasa masih seperti pacaran Jarang sekali ada waktu untuk bersama. Hari sudah larut malam tetapi suaminya belum kunjung tiba di Rumah ia menunggu suaminya di teras Rumah dengan secangkir kopi untuk suami tercintanya, tak lama kemudian terdengan suara motor suaminya ia bergegas membukakan pintu garasi lalu menyambutnya “ Mas ko pulangnya telat malam ini, aku sudah menyiapkan kopi untukmu” ucap Rani. “ makasih Rani maaf tadi ada sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan” mereka berdua lalu menuju teras dan duduk bersama” Mas kamu cape ya tiap hari pergi pagi pulang malam?” Tanya Rani membuka obrolan dengan suaminya, lalu Rama meminum kopinya dan menyalakan sebatang Rokok kreteknya” namanya kerja pasti capai sayank, apalagi dengan kondisi jalan yang semrawut dan macet tapi ketahuialh istriku, rasa cape ini hilang kala aku sampai dirumah ini dan mendapati senyummu sayank” jawab Rama santai sambil mengepulkan asap Rokoknya ke atas. “ mas, jujur aku khawatir dengan keadaan kita aku takut hubungan kita retak dan mencapai titik jenuh, sebagai pasangan suami istri kita telah banyak kehilangan waktu untuk mengisi kebersamaan bahkan komunikasi diantara kita semakin renggang seiring dengan kesibukanmu mas” keluh rani pada Rama suaminya. Rama tersenyum mendengar ucapan istrinya “ kekhawatiranmu manusiawi Rani, sudahlah kita jalani saja inilah awal perjalanan kita, sabar sayank”.
“mas aku mulai khawatir dengan kamu, aku takut kamu mengenal wanita lain diluar sana, apalagi banyak wanita cantik di jakarta yang brdandan seksi dan menggoda lelaki, sebagai seorang perempuan wajar bila aku punya perasaan seperti itu mas, aku takut Rumah tangga kita retak mas” mendengar keluhan istrinya Rama tersenyum lalu ia memegang tangan istrinya, “ Sayank bila kau berfikiran seperti itu berarti kamu tidak percaya diri untuk menjadi istri yang terbaik, kamu harus percaya padaku dan juga percaya pada dirimu sendiri percayalah bahwa kaulah satu-satunya wanita yang aku sayangi, aku tak mungkin melirik wanita lain, ingat perjuanganku mendapatkanmu juga mendapat kesuksesan ini tentu karena ada kamu di sampingku yang selalu menguatkanku, ingatlah hari pernikahan kita, aku telah berjanji akan setia dan selalu bersamamu hingga maut yang memisahkan kita. Istriku maafkan aku karena jarang menghabiskan waktu bersamamu. Asal kau tahu, ini adalah perjuanganku untukmu. Iya Mas aku tahu memaafkan adalah kebaikan. Segala yang bersumber dari kebaikan dan bertujuan untuk kebaikan, akan berujung kebahagiaan. Mudah2an kita selalu diberi kesabaran dan kekuatan dalam membina mahligai rumah tangga, aku percaya mas kalau kamu ga macam-macam di luar sana, mudah-mudahan perjuanganmu untuk istri dan keluarga kecil kita senantiasa diberi kemudahan dan keberkahan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H