Kesederhanaan Pak Guru Rama
Menjadi guru adalah sebuah tantangan bagi seseorang karena Guru dituntut menjadi sebuah sosok yang di percaya dan di tiru, segala tindak tanduk seorang Guru akan menjadi contoh yang yang akan di tiru muridnya, ya… seorang guru harus bisa mengubah muridnya dari tidak bisa menjadi bisa. Walaupun dengan Honor yang tidak sebanding dengan perjuangan saat mereka masih menuntut pendidikan. Guru memang dituntut untuk ikhlas dalam mengabdikan diri sebagai pendidik. Tak terkecuali Rama yang kini memilih untuk menjadi seorang Guru, dengan wajah gembira Rama pulang dari Sekolah tempat ia mengajar dengan keadaan perut yang sudah minta untuk di isi.
Sebagai istri seorang guru Rani juga dituntut ikhlas dengan pendapatan suaminya, suaminya telah sampai di rumah Rani menyambut kedatangan Rama dengan suka cita. “Eh sudah pulang mas? Tumben pulangnya telat hari ini” sambil menyalaminya serta membawakan tas yang berisi buku-buku pelajaran. “ mau di seduhin kopi dulu atau langsung makan?” ucapnya dengan penuh kemesraan. “ aku mau langsung makan dulu bu, tadi habis melatih anak-anak Paskibra untuk Upacara Bendera senin depan. Makanya aku telaat pulang Bu”. Sambil melangkah kecil menuju Dapur. “Masak apa bu hari ini?” Tanya Rama dengan halus khas Pria Jawa. “ Kangkung sama tempe Goreng mas”. Jawabnya santai. Kemudian Rama membuka tutup saji yang berisi semangkuk kangkung dan dua tempe Goreng. “ Alhamdulillah” ucapnya lirih.
Hari berikutnya usai mengajar Rama langsung bergegas pulang, ia sangat lapar karena ia jarang makan siang di kantornya untuk berhemat agar kebutuhan yang lain bisa tercukupi. “ Bu, aku tadi siang ga makan di kantor sekarang aku mau makan dulu tolong kamu siapkan makan untuk saya bu” sambil menuju ke ruang makan. “ sudah aku siapkan dari tadi Mas, maaf aku ga bisa menemani makan sore ini aku mau izin ke Rumah Bu RT biasa mas ada pengajian bulanan”. Rani menuju ke luar untuk ke rumah Bu RT. “ ngga papa bu, kalo udah selesai langsung pulang ya bu, jangan ngerumpi dulu” seloroh Rama. “Sip mas, setelah selesai pengajian aku pulang”. Rama membuka tutup saji di ruang tamunya ternyata menu yang sama dengan kemarin kangkung dan tempe, “ Alhamdulillah” ucapnya bersyukur.
Rani ternyata diam-diam mengintip suaminya dari celah jendela ruang makan, ia belum pergi ke Rumah bu RT. Rani Pikir suaminya akan marah dengan menu masakan yang ia siapkan. Tapi justru sebaliknya malah suaminya sangat bersyukur dengan apa yang ada di meja makannya. Ia memang sengaja memasak menu tersebut sebagai wujud Protes atas pendapatan suaminya, ia ingin sekali mengatakan “ jangan berharap menu makanan yang ia sediakan enak-enak emangnya berapa Gajimu mas”. Tapi belum juga kesampaian ia ingin Protes agar suaminya berhenti mengajar dan mencari pekerjaan lain yang lebih besar penghasilannya. “ Ternyata dua kali di masakan dengan menu yang sama dang a enak kaya gitu Mas Rama tidak marah sama sekali, lahat saja mas besok pasti kamu akan mengeluh padaku karena akan kumasakkan lagi menu yang sama” gerutunya sambil berjalan mengendap meninggalkan jendela tempat ia mengintip menuju Rumah Bu RT.
Hari berikutnya Rani benar – benar tega memasak menu yang sama yaitu Kangkung, kali ini tanpa tempe. Padahal ia masih mempunyai tabungan sisa gaji Rama, tapi ia ingin mengumpulkannya untuk membeli kalung dan perhiasan lain agar ketika datang ke Pengajian Bulanan di tempat Bu RT ia bisa pamer dengan ibu – ibu yang Lain. Seperti biasa, Rama usai Sholat Ashar berjamaah di sekolahan Rama bergegas pulang jika tak ada kesibukan lagi. “ Mas, kalau mau makan langsung aja ke ruang makan sudah aku siapkan, aku ada perlu sama Bu Ratih ( tetanggga sebelah )”.
Sambil ngeloyor keluar Rumah padahal ia hanya ingin melihat reaksi suaminya dari balik jendela. “ Rama kemudian mebuka lagi tutup saji, ia penasaran dengan menu makanan hari ini setelah ia membukanya ia melihat semangkuk Tumis Kangkung tetapi kali ini tidak ada Tempe. “ Alhamdulillah, Ya Allah terimakasih atas nikmat yang engkau berikan kepada keluarga hamba. Hamba bersyukur kepada engkau dengan Rizki yang enkau berikan kepada hamba biarpun sedikit tapi hamba sangat bersyukur dan menikmatinya, terimakasih juga karena engkau menganugerahiku istri yang setia dan pandai mengurus rumah tangga, ternyata ia bisa memanfaatkan Rizki dari engkau sebaik-baiknya agar agar kami tak kekurangan.
Dari Balik jendela istrinya berkaca-kaca bedak yang menempel di pipinya berubah menjadi buiran air bening yang mengalir di pipi. “ Maafkan aku mas, ternyata besar atau sedikit Rizki yang di berikan oleh sang Maha Pemberi bukan dilihat dari meteri yang kita kumpulkan, tapi Rasa Syukur yang membuat kita terus dalam keadaan yang cukup dan nikmat. Banyak orang yang selalu merasa kurang dan mengeluh padahal mereka masih bisa makan enak dan hidup mewah, ada juga yang hidup serba pas-pasan dan kekurangan tetapi mereka bahagia dan pernah merasa kurang sepertimu mas. Kamu memang pantas menjadi Guru keseharian dalam kesederhanaan patut di tiru oleh anak-anak penerus bangsa agar mereka tak hidup dalam kemewahan yang selalu saja merasa kurang dan menimbulkan sifat koruptor, aku janji mas akan mempergunakan sebaik mungkin uang Gaji kamu sebagai Guru dan mensyukuri dengan apa yang kamu peroleh dari hasil keringat kamu sebagai pendidik”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H