Pilihan Ibu
"Ibu, sekarang bagaimana?"
Ujar seorang anak bernama Akhsitta Yoongi Hamabe. Ia adalah seorang anak yang pintar di sekolahnya. Namun takdir berkata lain, ia harus pindah sekolah karena sekolah tersebut harus tutup.
"Coba saja dulu di sekolah yang baru, nanti kamu akan terbiasa." ujar ibu kepada Sika.
Ibu mengantar Sika untuk sekolah di hari pertamanya. Dimana wajah Sika tampak cemberut dan seakan tidak bisa menerima keadaan.
"Ibu! Aku ga mau sekolah disini." ujar Sika.
"Sudah, terima saja. Lagian ibu sudah keluar banyak untuk  kamu sekolah di sini." ujar ibu.
Bel pelajaran dimulai.
"Anak-anak sekarang kita kedatangan siswa baru dari SDN Noesantara".
Bu Riska adalah seorang wali kelas. Bu Riska termasuk orang yang sabar serta jujur dalam kesehariannya.
Tak lama kemudian, bu Riska menyuruh sika untuk perkenalan diri.
"Assalamualaikum! Halooo teman teman, kenalin nama aku Aksitta Yoongi Hamabe, biasa dipanggil Sika. Kedua orang tuaku berasal dari Jepang dan Korea".
Seluruh siswa bersorak usai Sika perkenalan diri.
"Wah, berarti di sekolah kita ada eoni eoni Korea dongg. Asyikk!" Ujar salah seorang siswa.
Namun salah seorang siswa bernama Chellyn Chintya Kheenara, merasa risih dengan kehadiran Sika. Nara termasuk siswa terbaik on the year di kelas tersebut. Akan tetapi di balik kepintarannya, ia juga seorang yang licik dalam mendapatkan sesuatu.
Syahna. Begitu mereka menyebutnya. Syahna atau Ahna termasuk anak yang lihai dalam olahraga dan mudah bergaul dengan siapa saja.
"Haiii! Sika".
"I - iya! Ada apa?"
"Kenalin, nama aku Ahna".
"Ouh, ya! Kenalin juga nama aku Sika".
Setelah beberapa saat mereka berkenalan.
"Eh! Kamu harus hati-hati juga tau, soalnya di sini ada yang namanya Nara. Dia itu pintar, tapi sifat aslinya licik. Ibarat udah dikasih hati minta jantung" Ujar Ahna dengan nada pelan.
"Lah! Emang kenapa kalau licik?"
"Ihhhh! Kamu belum tau sih ceritanya".
Tiba-tiba di tengah pembicaraan bel pembelajaran dimulai. Sehingga mereka berdua harus mengakhiri percakapannya.
Hari demi hari berlalu. Banyak hal baru yang telah Sika lalui. Tibalah hari dimana pembagian hasil UH dengan bu Riska.
"Baiklah, pada UH kali ini kita mendapatkan orang dengan nilai tertinggi yang bisa mengalahkan Nara"
Seisi kelas terkejut dengan pernyaraan bu Riska.
"Siapa yaa kira-kira orangnya?" Ungkap salah seorang siswa.
"Jadi, untuk nilai tertinggi pada UH kali ini jatuh kepada Akhsitta Yoongi Hamabe dengan skor nilai yang nyaris menyentuh sempurna. Yakni 99,5"
Seisi kelas bertepuk tangan atas hasil yang diraih oleh Sika.
Namun, Nara tidak terima dengan kenyataan ini dan ia segera mendatangi meja Sika.
"Eh! Lo apa-apaan. Sok-sokan dapat nilai tinggi dari guee" Ujar Nara dengan nada tinggi.
"Udah! Nara, kamu ga boleh gitu dong. Udah jelas-jelas Sika itu dapat nilai yang lebih tinggi dari kamu. Kamunya harus bisa terima kenyataan Nara". Ujar bu Riska.
"Maaf, ya Nara. Kalau gara-gara aku kamu jadi marah sama aku".
" Udah-udah, Sika kamu jangan gitu dong. Ini emang gara gara. Nara yang ga bisa menerima kenyataan". Ujar Ahna.
Keesokan harinya Nara datang menghampiri Sika.
"Lo harus ikut guee!" Ujar Nara.
"Kemana?" Ujar Nara dengan wajah panik.
Nara membawa sika ke sebuah ruangan yang terbengkalai. Dimana di ruangan tersebut Nara mengunci Sika dalam keadaan tangan dan kaki diikat.
Tak beberapa saat Nara meniggalkan Sika di ruangan tersebut.
"Tolong-tolong! Siapapun itu tolong aku". Ujar Sika dengan kesakitan.
Bel pelajaran dimulai. Bu Riska mulai mengabsen siswa.
"Sika kemana, ada yang tau?"
"Tadi ada yang bilang bu, kalo ada yang ngunciin Sika di dalam ruangan di belakang kamar mandi". Ujar salah seorang siswa.
" Sekarang, kalian bantu ibu untuk mencari Sika". Ujar bu Riska.
Di dalam perjalanan mencari Sika, Teman teman mendengar suara di sekitar kamar mandi.
"Tolong.....Tolong". Ujar Sika dengan sangat lemah.
" Ayo! Yang laki laki dobrak pintunya". Ujar bu Riska.
Setelah di dobrak bu Riska terkejut menemukan sika dalam keadaan pingsan. Segera bu Riska membawa Sika ke ruang UKS.
Setelah beberapa waktu, Sika mulai tersadar dan menceritakan seluruh kejadian itu. Dari ia yang ditarik tiba-tiba dan dikunci di sebuah ruangan.
"Oke, nanti ibu akan memproses kasus ini. Sekarang kamu istirahat aja dulu, ga usah kemana-mana".
Seminggu kemudian bu Riska mengumumkan bahwa Nara dikeluarkan dari sekolah.
Sehingga satu tahun kemudian, Sika mulai aktif dalam pembelajaran, ekstrakurikuler, lomba-lomba, olimpiade serta organisasi OSIS.
Dalam satu tahun Sika meraih lebih dari 50 penghargaan Sehingga Sika menjadi siswa terbaik On The Year menggatikan Nara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H