Mohon tunggu...
Made Dwi Ariasa
Made Dwi Ariasa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa’21

Kuta Utara, Bali.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perayaan Galungan dan Kuningan (2022) Adakah Ada yang Berbeda dengan Tahun Sebelumnya? (Pribadi)

14 Juni 2022   22:29 Diperbarui: 18 Juni 2022   19:03 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Mungkin dari banyak orang di Bali, sangat menantikan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sama halnya dengan Hari Raya Nyepi, di mana kebanyakan orang Bali menantikan karena perayannya mengarak Ogoh-ogoh dan melaksanakan penyepian. Kalau Hari Raya Galungan dan Kuningan orang-orang menantikan adanya Babi Guling yakni bagian paling disukai adalah kulit babinya atau di masa sekarang orang luas mengatakan, "Tes Kriuk Cek" 

          Arti dari kata Galungan dan Kuningan yang dilansir dari situs Kabupaten Buleleng, Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuno yang mempunyai arti bertarung atau disebut juga 'Dungulan' yang artinya menang. Namun perbedannya hanya pada sebutannya saja yakni Wuku Galungan (di Jawa) 

dan Wuku Dungulan (di Bali), akan tetapi dalam pemaknannya sama yakni Wuku yang sebelas. Untuk Hari raya Kuningan sering juga disebut dengan Tumpek Kuningan. Di mana Kuning yang termasuk dalam kata Kuningan mempunyai arti berwarna kuning dan wuku yang ke-12. Wuku sendiri merupakan penamaan kalender Bali yang dalam perhitungannya 1 wukunya sama dengan 7 hari dan dalam 1 tahun terdapat 420 hari (wuku)

Ariasa Picture
Ariasa Picture

            Itu merupakan penjelasan singkat dari arti Galungan dan Kuningan. Untuk perayaan sendiri saya mengenai perayaan hari raya Galungan dan Kuningan sangat berjalan dengan lancar. Sama seperti bisanya, saya melakukan persembahyangan di Desa asal Bapak saya lahir (Kampung Halaman saya Buleleng). 

Saya melakukan persembahyangan dari pukul 08.00 -- 13.00 WITA dan itu benar-benar melelahkan. Namun semua terbayarkan  karena setelah saya selesai melakukan persembahyangan saya dan keluarga saya berkunjung ke rumah Ibu saya (Karangasem), disana saya bertemu dengan Pekak (sebuatan Kakek di Bali) dan Ninik (sebuatan nenek di Bali). 

Di sana kami keluarga banyak bercerita baik masalah ataupun kebahagiaan, akan tetapi tidak semua keluarga dari Ibu saya datang berkumpul karena ada kesibukan yang mendesak dan itu memang sering terjadi saat hari-hari besar. Namun, karena ada acara juga di rumah Bapak saya sehingga saya pulang (ke rumah bapak) lebih awal.

Ariasa Picture
Ariasa Picture

            Setelah acara selesai pun, kami sebagai orang Bali tak luput dengan minum-minuman baik itu arak ataupun tuak terkadang bisa minum bir/minuman yang mahal (saya tidak tau namanya, karena bukan pemabuk berat). Saat malam itu saya dan keluarga besar Bapak saya berkumpul minum tuak dan saya hanya meminta sedikit saja dan saya jadi bandarnya biar bisa minum dikit hehehe. 

[Oia, saat Galungan Tahun ini dan tahun-tahun kemain dari 2020, di Kampung saya tidak ada kegiatan mengguling Babi dan saya juga tidak terlalu suka makan daging] Setelah larut malam, kami pun bubar dan tidur untuk kegiatan esok hari. Di keesokan harinya karena tidak ada kegiatan lagi, saya dan saudara saya mencari kelapa dan mangga untuk dimakan dan dibawa ke rumah nanti. Karena waktu sudah menunjukan waktu mulai panas, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun