Pagi ini aku dibangunkan oleh Mekmang. Terimakasih mekmang. Aku segera mencuci muka dan bersiap untuk meluncur ke Jimbaran. Beberapa menit sebelum berangkat, hujan turun dengan lebat, disertai angin berhembus dahsyat. Ketika hujan turun, aku berkata “Wah, hujannya keren!” Aku sangat menikmati rintikan air yang semakin deras. Sesaat setelah mengagumi hujan, aku membayangkan sebuah perjalanan ke Jimbaran dengan udara yang segar usai hujan. Perjalanan tanpa hujan.
Beberapa menit kemudian, tibalah waktunya aku berangkat. Aku berpamitan kepada keluarga Mekmang. Dan… Hahay… hal yang menakjubkan terjadi. Hujan berhenti. Tepat seperti apa yang kubayangkan, aku menikmati perjalanan yang menyenangkan sampai di Jimbaran. Tanpa kehujanan. Padahal langit sedang mendung. Mungkin ini yang disebut kekuatan pikiran positif. Aku merasakannya. Aku menikmatinya. Aku sangat bersyukur. Thanks God!
Perjalanan menyenangkan itu disertai dengan hari yang menyenangkan di sekolah. Anak-anak tidak belajar karena mereka sudah menyelesaikan tes untuk term ini (sekolah tempatku bekerja memang menggunakan sistem term, yaitu tiga bulan untuk satu term). Sudah terjadwal beberapa kegiatan menyenangkan untuk mengisi waktu setelah tes term selesai. Akan ada dua kegiatan untuk hari ini, yaitu latihan marching band dan kerajinan tangan atau kreativitas.
Aku bersemangat. Semua kegiatan berjalan dengan lancar. Semua kegiatan menyenangkan ketika aku menikmatinya. Suasana hatiku sedang bergembira. Ketika latihan marching band, aku menangani anak-anak di kelas pianika junior. Karena ada guru yang berhalangan hadir, aku diminta untuk menangani pianika senior. Dan dengan santai dan tersenyum kujawab “Okay”. Sebenarnya, aku belum pernah menangani pianika senior. Tapi, aku yakin, aku bisa menanganinya dengan baik. Aku memasuki ruangan pianika senior dengan langkah yang lugas. Aku memberikan informasi tentang sebab keberadaanku dengan tegas. Memberikan instruksi dan berinteraksi dengan anak-anak dalam kelas pianika senior, ternyata mengasyikkan. Menyenangkan! Memang aku menginginkannya.
Kegiatan selanjutnya pun tak kalah seru. Kerajinan tangan. Aku menangani kelas 2, kelas di mana aku biasa mengajar. Bersama Iin, partner kerjaku, kami sudah merancang suatu kegiatan untuk menghasilkan sebuah kerajinan tangan, yaitu membuat rangkaian bunga dari kertas. Anak-anak sangat antusias dengan kegiatan ini. Anak-anak mulai bekerja. Mereka melipat dan menggunting kertas. Kemudian melilit-lilitkannya sehingga terbentuk kelopak-kelopak bunga.
Ada hal yang menarik terjadi. Seorang anak dengan wajah ketakutan mendekatiku. Ternyata, ia menggunting kertas dengan pola yang salah, tidak sesuai dengan yang kuajarkan. Kujawab dengan senyum. Aku memperlihatkan kepadanya bahwa pola yang ia buat, yang menurutnya salah, bisa menciptakan bunga yang berbeda. Dan memang benar, bunga yang terbentuk dari pola yang salah menjadi unik dan cantik. Aku memperlihatkan bunga yang unik itu kepada anak-anak di depan kelas. Mereka mengagumi bunga yang unik itu. Mereka memuji anak yang membuat pola yang salah itu. Ia tersenyum. Ia gembira dan mulai menggunting lagi.
Diambil dari buku "Semangkuk Sup Cinta: Sajian Inspiratif Seorang Guru"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H