Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengintip Kehangatan Emak-Emak Bersosialisasi di Posyandu

9 Februari 2019   09:43 Diperbarui: 10 Februari 2019   15:35 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para suami yang menunggui isteri mereka di posyandu. Dokpri

Di desa dan kota sama, setiap jadwal pelayanan posyandu, bangunan  posyandu yang umumnya berukuran kecil, penuh sesak oleh para ibu hamil, ibu dengan bayi dan anak-anak balita. Beberapa suami juga biasanya ikut nongkrong menemani istri atau anak.

Pergi ke posyandu saat ini bagi banyak ibu, bisa menjadi wahana menghilangkan rasa sumpek dan kejenuhan pada pekerjaan domestik di rumah. 

Bagi ibu-ibu, kegiatan bulanan ini selain untuk mendapat pelayanan kesehatan, posyandu juga seperti menjadi "tempat nongkrong" yang hangat. Di sini, mereka saling berbagi cerita, pengalaman dan pengetahuan, soal urusan domestik.  

Pokok bahasan mereka biasanya seputar pengalaman kehamilan, persalinan dan mengurus anak. Di luar itu, topik-topik sosial kekinian seperti pemilu, kondisi cuaca dan isu-isu hangat di media sosial juga sering diperbincangkan. 

Kebutuhan bersosialisasi adalah hakikat eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Mengamati diskusi dan sharing antar ibu di posyandu bagi saya sangat menggugah. Posyandu tidak sekedar tempat menimbang bayi, memeriksa kehamilan dan lainnya, lebih dari itu ia menjadi tempat pembelajaran ideal,  yang berlangsung secara alami, not by design.

Para suami yang menunggui isteri mereka di posyandu. Dokpri
Para suami yang menunggui isteri mereka di posyandu. Dokpri
Di posyandu, tidak ada perbedaan kelas sosial. Yang tampak menonjol adalah kekuatan dialog, keinginan untuk saling  berbagi informasi. Boleh jadi, proses ini lahir atas kesadaran dan perasaan senasib sebagai sesama kaum hawa dengan kodrat hamil dan kewajiban mengurus anak-anak. 

Di tengah kecenderungan menguatnya paham individualistik masyarakat modern, posyandu masih memberikan potret kodrat Ilahi lain, bahwa manusia memang tidak bisa hidup sendiri. Bersosialisasi, menjalin komunikasi adalah nilai dasar manusia untuk mempererat relasi sosial. 

Hal lainnya bisa terlihat pada kehadiran anak-anak balita, mereka bermain bersama tanpa ada sekat  bla bla bla. Anak pedagang, petani, pegawai, semuanya berbagi jajanan, bermain bersama penuh kehangatan.

Bersosialisasi sejak usia dini akan membantu tumbuh kembang anak dalam lingkungan sosialnya. Anak dengan pengalaman sosialisasi yang baik, akan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang menghargai perbedaan dan heterogenitas. 

Untuk membantu mewujudkan itu, kapasitas semua posyandu perlu ditingkatkan oleh otoritas terkait. Misalnya,  posyandu dilengkapi dengan media permainan edukatif anak-anak. Dengan begitu, anak-anak akan akrab dan bersemangat mendatangi fasilitas kesehatan yang selama ini kerap mereka takuti.

Khusus ibu hamil, petugas kesehatan atau kader posyandu bisa memfasilitasi mereka dalam kelompok arisan ibu hamil, dengan posyandu sebagai titik kumpulnya. Dana arisan ini bisa dipakai untuk membiayai atau membeli segala sesuatu terkait persalinan kelak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun