Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencermati Gaya Komunikasi VBL yang Artikulatif

14 Januari 2019   12:03 Diperbarui: 14 Januari 2019   12:08 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kupang.tribunnews.com

 

Tentang gaya komunikasi publik, semua orang tidak akan melupakan satu nama, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Ceplas-ceplos, frontal dan tajam. Bahasanya sederhana,tidak elitis dan normatif tapi kontennya substantif karena ia tahu menggunakan data sebagai senjata. 

Ahok lantas panen kritik atas cara berkomunikasinya, tapi sekaligus menuai pujian karena konsistensinya antara ucapan dan perbuatan. Sebagai pemimpin publik, gaya komunikasi Ahok dinilai terlalu agresif, di pihak lain ia banyak diapresiasi, karena itu bukti ketegasannya. 

Orang lalu membandingkan gaya komunikasi Ahok dengan gubernur Jakarta saat ini , Anies Baswedan. Sebagai akademisi, Anies lebih ilmiah, retoris dan penuh motivasi. Ia juga teliti pada keindahan diksi yang dipakainya. Komunikasi Anies adalah adalah ciri patron politis selama ini yang normatif dan bergaya eufemisme.

Jika ditarik ke konteks Nusa Tenggara Timur, fenomena gaya komunikasi Ahok dan Anies sepertinya mirip dengan tipikal dua gubernur NTT dalam 2 periode terakhir, Frans Lebu Raya dan Penggantinya Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL). Frans, menurut saya lebih menyerupai gaya Anies, kalem dan berirama. Viktor sebaliknya, condong ke gaya Ahok yang straight to the point, dan kadang bikin kuping panas. 

Fenomena VBL ini menarik dicermati, mengingat selama puluhan tahun, publik NTT terlanjur akrab dengan pola komunikasi normatif khas para pejabat. Lalu tiba-tiba VBL muncul dengan karakter agresif, penuh semangat. 

Banyak orang berharap, gaya itu mewakili ketegasan dan integritas VBL, karakter yang dibutuhkan untuk membawa NTT ke perubahan yang lebih baik. Di sisi lain, ada juga pihak yang mengambil posisi wait and see,  menunggu pembuktian atas speech dan action. 

Dari segi frekwensi, hanya sebulan setelah dilantik pada 5 September 2018 lalu,   VBL langsung membuat 8 pernyataan penting pada Oktober 2018. Pertama, peninjauan kembali status pantai Pede di Labuan Bajo Manggarai Barat. 

Kedua, moratorium pengiriman TKI asal NTT. Ketiga, mencermati ulang manajemen Bank NTT. Keempat, memangkas birokrasi level eselon II. Kelima, moratorium semua izin tambang. Keenam, fokus mempercepat pembangunan infrastruktur jalan provinsi. Ketujuh, penunjaian kembali lokasi Lippo Mall Kupang. 

Kedelapan, memastikan pemerintahan provinsi bekerja transparan, bersih dan profesional. Dengan kedelapan point ini, VBL seperti sedang merangkum pesan evaluasi terhadap kinerja kepemimpinan sebelumnya. 

    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun