Terobosan petani ini jelas melawan pola pemasaran selama ini, misalnya jagung dipanen oleh buruh lalu diangkut dengan kendaraan ke pasar untuk dijual. Dengan menjualnya di kebun swalayan, ada pemangkasan biaya untuk upah buruh dan transportasi.
Berikut, pola marketing yang dijalankan pemilik kebun juga mampu menarik konsumen ekslusif, menjadi inklusif.Â
Contoh nyatanya, banyak anak muda yang menjadi pelanggan tetap di kebun jagung model swalayan itu. Sulit membayangkan pembeli milenial dengan belanjaan jagung muda, tapi itu terjadi di Adonara.Â
Rupanya, selain gencarnya online marketing, sang petani juga benar-benar paham prinsip bisnis "lokasi sangat menentukan usaha anda".Â
Selain pemasarannya yang unik, letak kebun ini juga persis sejalur dengan satu destinasi wisata pantai di pesisir utara Adonara. Namanya pantai Lagaloe, sangat ramai pengunjung pada hari libur. Para pengunjung pantai wisata inilah separuh dari pelanggan kebun jagung swalayan itu.Â
 Ini sungguh paket yang smart. Kebun sebagai tempat usaha, jagung produknya dan pemasaran sebagai policy dikemas menarik dan sukses mendatangkan banyak pembeli.Â
Bagi saya ini adalah pelajaran berharga tentang reformasi usaha pertanian yang wajib ditularkan kepada banyak petani kita. Inovasi seperti ini perlu diterapkan oleh lebih banyak petani di NTT pada hasil-hasil pertanian lain.
Selain itu, pelajaran lain dari model bertani seperti di atas dari perspektif usaha adalah kemampuan pemilik kebun mengintegrasikan beberapa kompetensi wirausaha seperti memilih bahan baku (bibit jagung), mengerjakan proses produksi (menanam, penyiangan, pemupukan) sekaligus memikirkan strategi pemasaran. Semua ia lakukan sendiri, menjadi wirausaha terpadu.Â
Tipikal model marketing yang sangat kekinian, meski produknya "hanya" sekelas jagung dengan tempat usaha bernama kebun. Saya kira, yang harus dicontoh adalah ide dasar dari sang petani di kebun jagung swalayan ini.
Terobosan ini juga bisa menjadi pemantik bagi para mahasiswa  dan sarjana pertanian yang enggan menatap lahan/kebun sebagai tempat membangun usaha.Â
Bukankah potensi tanaman pertanian dan perkebunan tidak hanya tentang jagung? Model yang dikembangkan pada kebun jagung ini bisa menjadi pintu masuk bagi hasil-hasil pertanian lain di NTT.Â