Bagi masyarakat urban, berbelanja di mal atau swalayan memberikan kebebasan memilah, memilih dan membawa sendiri barang yang ingin dibeli, sebelum membayarnya di kasir.Â
Konsep ini sekarang sedang coba diterapkan di kebun jagung milik seorang petani di pelosok pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur-NTT.Â
Di kebun ini, jagung dipanen ketika bulirnya masih muda. Untuk itu, varian yang dikembangkan adalah jenis Pulut Ketan, Pulut Kuning dan Jagung Manis karena enak dan legit rasa bulir mudanya.Â
Dengan jarak tanam 15cm, hamparan tanaman jagung yang kini berusia kurang lebih 50 hari setelah tanam (HST) itu tampak subur dengan daun berwarna hijau tua dan batang yang kokoh.
Musim panen diperkirakan akan jatuh pada awal Februari ini. Saat ini tahapan promosi dan marketing sedang digalakan, termasuk secara online melalui media sosial. Ini keren sekali.Â
Pada saatnya nanti, ketika panen, kebun dibuka secara umum untuk konsumen. Para konsumen akan datang ke kebun memilih dan memotong sendiri jagung dari pohonnya, lalu membawanya dengan gerobak  ke pondok (counter) untuk melakukan pembayaran di sana.Â
Semua dilakukan secara mandiri oleh konsumen, pemilik hanya duduk menunggu pembayaran di pondok kebunnya. Â Â
Selain melayani pembelian secara langsung di kebun, sang petani juga menerima pesanan secara online, jagungnya disiapkan oleh petani, dan pemilik tinggal bayar dan mengambil jagung pesanannya. Harganya bervariasi, tergantung ukuran besar kecil jagung.Â
Ini adalah tahun kedua pemilik kebun menggunakan sistem pemasaran buy in field setelah sukses besar pada 2018 lalu. Segmen pasarnya justru kalangan anak muda.Â
Bisa jadi ini bukti, betapa efektifnya pola online marketing. Kita tahu, penetrasi smartphone di kalangan generasi milenial sangat masif, dan uniknya mereka tertarik membeli jagung di kebun dengan metode pilih sendiri itu. Jadi, ada semacam trend di sana, Â musim jagung muda, ingatan mereka jatuh pada kebun jagung sistem swalayan itu.Â