Satire Memilih atau dipilih Memang tidak ada yang memilih Karena kau sering bermain kasih Hingga muncul sebuah benih Kebencian… Mereka menghormati kantong busuk Dengan segudang bulir lisan terkutuk Berusaha untuk membujuk Anjing yang mau mebungkuk Dihadapanmu… Kerumunan melihat moral yang terbunuh Berusaha uluran dusta menyentuh Alunan nada kepedihan bergemuruh Membentuk jutaan koloni musuh Rakyat bukan boneka budak Yang engkau permainkan diatas pundak Bahkan kau jadikan layaknya barak seperti alat perang… Setiap tahun kami memilih para pebisnis istana yang membentuk jaringan rasa perih saat rakyat sedang merana kau tak lebih dari bencana… Meraih tapi tak meraih Dalam sendu penghabisan buih Menguap diatas gumpalan sedih Tersusun rapi dengan tumpukan kertas putih Menggapai fitnah… Pejabat hanya merambat Menunaikan tugas dengan sambat sebagai dalang permainan bejat Melihat Kewajiban hanya pemberat Karena dinding kepercayaan sudah runtuh Dihancurkan oleh pilihan kita sendiri Siapa lagi jika bukan Rahwana…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H