Dendam secara umum, memang diartikan sebagai sifat yang tidak baik, namun beda halnya jika dendam itu menjadi energi positif untuk membangun dan menciptakan sesuatu, apalagi hasilnya untuk kepentingan orang banyak.
Seperti yang dilakukan Drs. H. Abdul Choir dia memiliki dendam mendalam terhadap siapapun yang menilai kalau madrasah itu dianggap lembaga pendidikan yang kacangan. Tak dipungkiri, secara umum dan sampai saat ini, kebanyakan masyarakat menilai madrasah masih seperti itu.
Atas dasar itulah akhirnya di tahun 2004 Drs. H. Abdul Choir mendirikan sebuah yayasan pendidikan yang diberi nama Yayasan Da’wah Islamiah Ashabul Kahfi, yang kemudia di tahun 2008 berdirilah Madrasah Aliyah Citra Cendekia sebagai lembaga pendidikannya. Gedung sekolah megah itu didirikan Drs. H. Abdul Choir di bilangan jalan M. Kahfi 1 No.44 Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Putra asli betawi ini berharap, dengan didirikannya madrasah itu bisa membuka selaput mata masyarakat dalam menilai kualitas madrasah. Terbukti, walau baru berdiri lima tahun, dengan alas pendidikan akhlak dan ilmu, Madrasah Aliyah Citra Cendekia berhasil membuktikan kalah madrasah itu tidak kacangan.
Dalam pembuktianya memang tak semudah mulut berucap. Pensiunan salah satu pejabat di Departemen Agama ini memang tak hanya sekedar mendidik lemba pendidikan Dia menginginkan pola pendidikan yang menuju kesempurnaan. Bayangkan, daam menseleksi guru untuk lembaga pendidikannya itu demikian selektif. Sampai-sampai dia menggunakan konsultan dalam menyaring para guru. Ini dimaksudkan agar mutu pendidikan terjamin dan tak kalah dengan sekolah-sekolah modern lainnya.
Drs. H. Abdul Choir berkisah, di tahun pertama sekolahnya itu hanya mendapatkan 9 murid, kemudian di tahun kedua dia mendapatkan 13 murid. Bisa dibayangkan, jelas pemasukan jauh tak sesuai dengan biaya operasionalnya. Padahal, untuk mendapatkan guru saja kala itu pihak yayasan sudah mengeluarkan biaya hingga ratusan juta, belum termasuk gaji guru dan operasional lainnya.
Drs. H. Abdul Choir pun tak merasa gentas. Dia yakin ini merupakan awal baik yang harus dilaluinya. Alhasil tahun ini Madrasah Aliyah Citra Cendekia memiliki murid sebanyak 100 orang siswa. Jika dihitung secara bisnis, jelas itu tidak cukup. Masih besar pasak dari tiang. Namun, bukan hal itu yang dikejar oleh putra asli Betawi tersebut.
Ternyata benar, saat ditanya perihal visi dirinya terjun ke dunia pendidikan adalah untuk membuktikan kepada masyarakat, bahwa madrasah bukanlah lembaga pendidika yang ortodok, asal jalan dan memiliki output rendah. Ini yang akan dibuktikannya. Drs. H. Abdul Choir berharap, dengan profesionalisme pengelolaan madrasah, maka output yang didapatnya tak kalah dengan lembaga pendidikan modern. Justru lewat akar pendidikan madrasah dia berharap akan tercipta para intelektual yang cultural. Dengan kata lain ilmu tak harus meninggalkan akar kemasyarakatan. Guna memperoleh output yang diharapkan , tentu butuh saran dan prasarana yang memadai. Untuk itu, Madrasah Aliyah Citra Cendekia menyediakan berbagai fasilitas pendidikan untuk anak didiknya, diantaranya adalah kelengkapan laboratorium komputer yang berisikan 30 unit computer, perpustakaan, fasilitas olahraga yang terbilang lengkap serta sarana ibadah yang memadai. Dengan tersedianya fasilitas belajar mengajar serta guru yang professional di bidangnya, Drs. H. Abdul Choir yakin misi dan visi yayasan dalam pencapaian layanan pendidikan yang memadai dan professional. Sementara ini Madrasah Aliyah Citra Cendekia saat ini baru memiliki dua jurusan, yakni jurusan IPA dan IPS. Rencananya tahun depan baru akan dibentuk jurusan agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H