Mohon tunggu...
Machin Muhammad
Machin Muhammad Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya adalah saya, bukan kamu, kalian atau mereka.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Keinginan (Dengan K Besar)

11 Juli 2011   19:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Belum lagi saat aku berdiri ditengah plaza, berhadapan dengan sekian deret menu makanan dan minuman, air liurpun berlelehan meskipun yang hanya daftar menu serta gambar masakan.

Dalam kost; yang tak nampak apa-apa, selain air putih setengah gallon, serta secangkir kopi, tak mampu meredahkan keinginan yang menjelma seperti semilir angin tatkala musim pancaroba, dan keinginan itu dengan sangat culasnya berusaha membujuk nalar,.

ayolah, beli saja meskipun hanya beberapa camilan, biar mulutmu tidak terasa masam

Begitu katanya, sambil mengayun-ayun dada, serta merajuk.

gaji kamu sebulan tidak akan habis hanya untuk beli camilan semalam saja, Ayolah

Awalnya aku tidak menggubris, justru karena aku tahu, perutku masih belum lapar, belum benar-benar lapar. Akan tetapi desakan keinginan selalu saja berkelebatan dan selalu saja menemukan alasan-alasan yang tampak masuk akal, terkait besarnya gajilah, atau alasan hanya biar mulut tidak terasa masamlah, atau ini yang menurutku paling gila, aku sangat curiga jangan-jangan yang berbisik ditelinga hatiku adalah keinginan itu;

“kalau saja kamu mencoba pelan-pelan berfikir dan berefleksi, apalagi sampai mendapatkan inspirasi untuk beberapa tulisan kamu, kamu berada diwarung, dengan minum kopi hangat (bahkan tidak hanya kopi, beberapa camilanpun tersedia dihadapan, dan kamu hanya tinggal menjulurkan tangan saja, kemudian kamu lahap sebanyak yang kamu inginkan), juga bibir kamu yang sudah kelihatan legam itu berhamburan asap-asap, maka mungkin sekali kamu akan dapat inspirasi diantaranya, dan kamu akan dapat menyelesaikan tulisan kamu, dan kamu tahu akibatnya? Kalau tulisan kamu selesai maka orang-orang akan membacanya dan dengan sontag akan bertepuk tangan meskipun tanpa suara, dan aku yakin dalam dada kamu akan mengembang kebanggaan, cobalah”

Gila!! Keinginan ini sungguh sangat licik dan Picik, tak seperti yang aku duga sebelumnya, baru kemarin aku menduga, bahwa keinginan itu hanya berada saat berdiri ditengah-tengah pasar atau departement store, ternyata salah. Bahkan keinginan itu—meskipun dengan daya yang sangat sederhana—ternyata hadir juga dalam ruang dan kamar pengab kostku.

**

Tapi perutku belum lapar kataku mencoba meredakan ledakan keinginan yang semakin lama semakin merajuk. Aku tetap tak bergeming, aku tetap berada dalam kamar kostku, sambil mengira-ngira dan berfikir apa yang harus aku tulis malam ini.

tuh khan, pikiran kamu buntu, cobalah keluar jalan-jalan, kamu (pasti) akan mendapatkan inspirasi

Katanya, yang aku yakin suara itu berasal dari sumber keinginan yang sama, meskipun dengan motif yang berliku dan berbeda, akan tetapi muaranya akan sama, hinggap diwarung, dengan bahasa yang agak politis (meskipun dalam konteks internal person) meluluskan keinginan Keinginan (dengan K besar).

Baiklah aku akan keluar, jalan-jalan, tapi tidak akan hinggap diwarung

Maka jadilah aku jalan-jalan diseputar kost, entah aku akan mengikuti kemana langkah kaki membawaku, tapi yang jelas aku berusaha membaca dan mencari beberapa bahan tulisan. Entah berapa lama aku jalan kaki, sudah tak aku hitung lagi berapa kilometer jauhnya, dan tiba-tiba seorang teman menyapa, setelah basa-basi sebentar, dia kemudian minta diri dengan meninggalkan beberapa kotak kardus berisi nasi, katanya baru datang dari sunatan masal.

“sudah cepat balik ke kost, jangan menunggu besok, nanti nasinya bisa basi dan itu berarti kamu tidak menghargai atau dengan bahasa lain tidak mensyukuri pemberian teman kamu”

Dan jadilah aku putar haluan arah jalan ke kost dengan agak tergesa karena sudah mau adzan shubuh. Setelah menghabiskan nasi sekotak, aku disergap kantuk, aku tak mau disergap dengan cara begini kataku, maka aku segera menyergap bantal. Disela-sela mataku mengercing, diantara sadar dan tidak karena pengaruh kantuk, tiba-tiba aku mendengar suara tidak melalui telinga,.

horeeeeee, akhirnya aku menang!!”

Dan aku juga yakin sumber suara itu bukan dari mulut sexy kuntilanak atau suara anak tetangga yang tiba-tiba dapat mainan saat pagi masih buta itu,..

Dan akupun tertidur, dengan menyisakan pertanyaan yang masih bergayut meski sudah samar-samar, besok pokal apa lagi yang dilakukan keinginan untuk sedikit demi sedikit menjeratku, tapi beruntunglah aku Cuma pas-pasan, kalau tidak aku pasti sudah berfoya-yoya, entah suara siapa lagi yang sempat berbisik, sebelum pintu kesadaranku tertutup rapat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun