Mohon tunggu...
Machin Muhammad
Machin Muhammad Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya adalah saya, bukan kamu, kalian atau mereka.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Burung Berkicau

18 Juli 2011   22:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Burung berkicau merdu dan syahdu, tak hendak berkata “telah aku kabarkan pagi-Mu pada dimulainya segala yang alpa

Tapi burung itu hanya sekedar mendendangkan kewajaran, bukankah cukup hanya didengar saja, seperti beribu-ribu kata yang muntah dari mulut maha guru bersabda.

**

Burung berkicau itu juga tak ingin mengabarkan, “aku hanya sekedar wujud dari pemuasan dahaga keinginan, meski merebut kemerdekaan

Tapi kicau burung itu hanya melakukan apa yang telah digariskan, meskipun kepakan sayapnya tak nampak karena garis-garis jeruji besi yang tersepuh warna emas.

beruntunglah aku tak terjemahkan dalam kotak yang hanya berisi kicau dan siulan, sementara tubuhku diawetkan dalam etalase-etalase dari sebuah kesombongan yang ganjil

Katanya, yang aku terjemahkan sebebas Nabi Sulaiman.

**

Burung berkicau, tiap pagi sebelum terhempas sinar mentari,

Ya tiap pagi, meski si tuan tak pernah memberi arloji

Karena si tuan sibuk mengkalkulasi,

gunung emas yang berhasil ditimbun hari ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun