Burung berkicau merdu dan syahdu, tak hendak berkata “telah aku kabarkan pagi-Mu pada dimulainya segala yang alpa”
Tapi burung itu hanya sekedar mendendangkan kewajaran, bukankah cukup hanya didengar saja, seperti beribu-ribu kata yang muntah dari mulut maha guru bersabda.
**
Burung berkicau itu juga tak ingin mengabarkan, “aku hanya sekedar wujud dari pemuasan dahaga keinginan, meski merebut kemerdekaan”
Tapi kicau burung itu hanya melakukan apa yang telah digariskan, meskipun kepakan sayapnya tak nampak karena garis-garis jeruji besi yang tersepuh warna emas.
“beruntunglah aku tak terjemahkan dalam kotak yang hanya berisi kicau dan siulan, sementara tubuhku diawetkan dalam etalase-etalase dari sebuah kesombongan yang ganjil”
Katanya, yang aku terjemahkan sebebas Nabi Sulaiman.
**
Burung berkicau, tiap pagi sebelum terhempas sinar mentari,
Ya tiap pagi, meski si tuan tak pernah memberi arloji
Karena si tuan sibuk mengkalkulasi,
“gunung emas yang berhasil ditimbun hari ini”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H