Mohon tunggu...
Ipan ROy Sitepu
Ipan ROy Sitepu Mohon Tunggu... Petani -

Orang Karo, hanya seorang Petani dan mencintai pekerjaannya serta prihatin dengan kondisi petani Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lampung Didera Konflik Horizontal yang Tak Berujung

20 April 2014   06:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 4001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber :lampost.co"][/caption] Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai kembali bergejolak, gara-gara seorang gadis remaja dibawa kabur, warga di Lampung bentrok hingga menyebabkan satu orang tewas. Salah seorang warga Lampung Utara, Rosanah kepada Kompas.com, Rabu (16/4/2014) menjelaskan, remaja berinisial Ky dan berusia di bawah 16 tahun itu dibawa lari oleh pria dewasa bernama Rahman asal Kampung Selagai, Kabupaten Lampung Tengah. (Kompas.com) Belum lama ini (23 Februari 2014) juga terjadi bentrok antar dua desa antara Buminabung utara dan Buminabung Ilir, Lampung Tengah yang  dipicu permasalahan sengketa lahan. Puluhan rumah rusak parah serta dua rumah terbakar meski tak ludes ,dua unit sepeda motor rusak terbakar menurut beberapa warga banyak rumah yang di jarah, (Lampost.co) Masih segar juga dalam ingatan bentrok warga di Lampung Selatan yang bersifat konflik yang bernuansa primordial antara warga asli dengan pendatang dari Bali pada Sabtu (27/10/2012) hingga Minggu (28/10/2012). Akibat bentrokan itu, 12 orang tewas dan 6 orang terluka, sementara puluhan rumah ludes terbakar. Belum tuntas konflik di Lampung Selatan, rusuh juga terjadi di Bekri, Kabupaten Lampung Tengah. Bentrok di Lampung Selatan tepatnya di Sidomulyo ini sudah 2 kali terjadi antara penduduk asli dengan warga pendatang dari Bali. Selama penulis bekerja di Lampung Selatan juga pernah terjadi bentrok antara warga keturunan Ogan (Semendo) dengan warga pendatang dari Bali di kecamatan Palas yang juga menyebabkan korban tewas. Lagi - lagi bentrok dipicu karena masalah sepele antara pemuda kedua kampung tersebut. Penduduk Provinsi Lampung cukup heterogen, hampir semua suku ada yang bertempat tinggal di Lampung ini. Menurut data BPS tahun 2010 populasi penduduk Lampung yang 7 juta jiwa 6 juta diantaranya adalah pendatang, hanya 1 juta jiwa yang merupakan penduduk asli Lampung. Diantara 6 juta jiwa tersebut, 5 juta jiwa diantaranya adalah suku Jawa, 1 juta jiwa sisanya adalah suku Bali, Ogan (Palembang), Banten (jaseng), Sunda, Batak dan suku lainnya yang tinggal di provinsi ini.  Lampung merupakan salah satu daerah tujuan transmigrasi pada zaman Soeharto sehingga menyebabkan begitu besarnya jumlah pendatang si Bumi Sang Ruwa Jurai ini. Melihat begitu heterogennya warga yang mendiami Lampung memicu sering terjadinya konflik horizontal yang bersifat primordial kesukuan. Para pendatang ditempatkan di suatu kampung atau desa dengan latar belakang suku yang sama; Jawa dengan Jawa, Bali dengan Bali, Banten dengan Banten, Ogan dengan Ogan  dan seterusnya. Sehingga konflik yang awalnya hanya bersifat individu menjadi meluas antar kampung karena latar belakang kesukuan tersebut. Jika kita keluar dari pelabuhan Bakauheni maka sepanjang jalan Lintas Sumatera dan Jalan Lintas Pantai Timur Sumatera sampai perbatasan Palembang kita akan mendapati kampung - kampung bercirikan suku yang menempatinya. Kampung Bali merupakan kampung yang paling mudah dikenali karena hampir semua rumah di kampung tersebut menggunakan ornamen Bali untuk rumahnya. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Ciri Khas Kampung Bali (detik.com)"]

Ciri Khas Kampung Bali
Ciri Khas Kampung Bali
[/caption]

kampung penduduk Lampung asli bercirikan rumah panggung berjejer sepanjang jalan kampung tersebut. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Kampung Penduduk Lampung (ulunlampung.blogspot.com )"]

Kampung Penduduk Lampung (ulunlampung.blogspot.com )
Kampung Penduduk Lampung (ulunlampung.blogspot.com )
[/caption] Menurut Firman Noor Masyarakat Lampung punya kearifan lokal berupa Piil Pesenggiri (Piil), yang di dalamnya terkait soal kehormatan diri yang muncul karena kemampuan mengolah kedewasaan berpikir dan berperilaku. Di sini kemampuan hidup berdampingan dengan berbagai kalangan, termasuk pendatang, merupakan salah satu inti ajaran Piil itu. Situasi di Lampung ini cerminan bahwa nilai-nilai kearifan lokal makin terpinggirkan. Setidaknya mengalami pergeseran makna. Konsep Piil, misalnya, mengalami penyempitan makna sekadar membela harga diri. Alih-alih dikaitkan keharusan kedewasaan berperilaku, masalah ”kehormatan diri” justru jadi alasan pembenaran untuk menempuh cara apa pun sejauh itu dianggap dapat menjaga harga diri. Dengan semboyan Lampung Sai, Sang Bumi Ruwa Jurai Penduduk Lampung yang Heterogen semestinya menjadi kekuatan tersendiri bagi provinsi Lampung untuk  lebih maju dari daerah lain , bukan menjadi akar dari konflik horizontal yang tak berujung. Damailah Lampungku.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun