jangan salah sangka, kalimat diatas bukan dimaksudkan untuk berbuat pamrih pada setiap hal yang kita beri, pun bukan bermaksud mengajarkan kita untuk tidak ikhlas. hanya bermaksud untuk membuat kita melihat dari sisi lain tentang satu perkara.
alkisah, ada seorang anak yang begitu dimanja oleh kedua orang tuanya, dengan maksud agar "masa-masa pahit" orang tuanya dulu tidak terulang pada dirinya. sebut saja dia Fuan.nah, Fuan ini barang tentu tidak kekurangan materi, dan batiniah. kasih sayang dapat, demikian pula materi. akan tetapi belum tentu ia dapat mengurus dirinya sendiri seperti ia diurus oleh keluarganya.
waktu terus bergulir, Fuan tumbuh menjadi remaja yang pintar. ia berhasil menembus PTN di suatu kota pelajar nan sarat budaya, dengan jurusan favorit. sudah pasti, ia harus meninggalkan kota kelahirannya, keluarganya, dan kehidupannya yang "berkecukupan" untuk menimba ilmu sebagai anak rantau.
akibat kebiasaannya yang sering dimanja oleh orang tuanya, Fuan merasa agak kesulitan untuk mengurus dirinya sendiri. sebulan pertama, ia sibuk membenahi pikiran dan konsep agar bisa survive di sana. saking sibuknya ia dengan dirinya sendiri, ia pun lupa untuk bersosialisasi pada sesama teman kost-nya. alhasil, cap sebagai anak angkuh dan sombong mulai melekat padanya. sebenarnya Fuan ini tidak bermaksud untuk menutup diri dan pendiam, akan tetapi ia belum terbiasa dengan apa yang dihadapinya saat itu.
seakan menjadi penebus dari sikapnya terdahulu, ia mencoba "mengenalkan diri" sebagai anak yang periang dan terbuka.sebenarnya, ketika berbincang ia mencoba untuk menjadi pendengar yang baik,tapi mengomentari dengan "saya juga dulu pernah seperti itu.... bla..bla....blaa..." berharap orang lain menangkap pesan dari cerita tentang pengalamannya. tapi tidak semua orang menganggap itu sebagai pesan tersirat, alih alih malah menganggap Fuan sok berpengalaman,dll. baru beberapa bulan di tempat baru itu, teman yang didapat jauh lebih sedikit daripada teman-teman sedaerahnya dulu. sampai-sampai ketika seorang teman lamanya menginap di kost-annya, teman sekost-nya berkomentar "eh, dia ada temannya juga tuh".
sudah tak tahan akan hal ini, Fuan pun bercerita pada ibunya di kampung. setelah mendengar ceritanya, ibunya berkata," apa yang sudah kau berikan, nak?". lantas ibunya melanjutkan lagi, "belajarlah berempati, tidak setiap orang seperti dirimu, berikan yang terbaik untuk mendapat yang terbaik pula, kamu kurang memahami apa yang terjadi di sekelilingmu. kan ibu sudah ajarkan, tidakkah kau membaca makna yang tersirat dari ajaran ibu?"
kembali pada konsep memberi untuk menerima. sadarkah Anda bahwa apa yang kita lakukan akan mendapatkan balasannya? entah itu menjadi hal buruk atau hal baik. cerita yang sedang kita jalani (bagi yang yakin hidup hanya sandiwara) semuanya adalah cerminan dari apa yang kita lakukan. berikan yang terbaik untuk mendapat yang terbaik, tampilkan yang terbaik agar dapat pandangan yang terbaik.
comments are higly appreciated. thank you.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI