Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut atau bisa juga dianggap cerita isapan jempol, saya sempat mendengar bagaimana sejarah terciptanya bubur manado (tinutuan).
Dari cerita orang-orang tua, di jaman penjajahan belanda, kondisi ekonomi penduduk sangat rendah, sehingga mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
Akhirnya dengan pertimbangan ekonomi dan sedikit tambahan unsur kreatifitas, penduduk pada jaman itu akhirnya mulai memanfaatkan bahan makanan yang bisa mereka peroleh di pekarangan rumah atau di kebun, seperti labu, ubi, daun pepaya, kangkung, jagung, gedi dan dengan mencampurnya bersama sedikit nasi, mereka memasak semua bahan makanan itu secara bersamaan. Dan terciptalah bubur manado atau yang kita kenal dengan tinutuan, yang isinya beraneka ragam sayur dan bubur.
Lepas dari benar tidaknya cerita dari mulut ke mulut ini, satu hal yang saya pikir berguna adalah betapa mudahnya kita membuat sebuah masakan sehat yang sederhana namun penuh gizi. Sayangnya menu tinutuan belum pernah saya temui dalam festival kuliner di luar kota manado. Seperti halnya juga dalam festival jajanan yang disponsori oleh Kecap Bango yang mengambil tema Kisah Legenda Kuliner Nusantara, saya tidak menemukan adanya menu tinutuaan :(
Padahal kekayaan cerita penciptaan tinutuan sekaya dan seberaneka ragam seperti halnya bahan pembentuknya dan sepantasnya cukup layak untuk masuk ke dalam salah satu daftar menu Kuliner sehat
Semoga saja semakin banyak nantinya keluarga-keluarga Indonesia yang lebih memilih menu khas nusantara kita ketimbang bangga dengan menu eropa atau amerika.
ayo...ibu-ibu yang pintar masak, ikutan dong dengan membuat menu tinutuan atau menu manado lainnya di Kisah Legenda Kuliner Nusantara berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H