Dor!
Terdengar suara tembakan dari dalam gelap. Sang pendekar tidak berkedip, tidak pula mencoba bersembunyi dari musuh yang tidak terlihat. Memang sang pendekar sudah malang melintang di Ibukota ini tidak punya rasa takut. Pun peluru sang sniper yang meleset ke sekian kali ini tidak membuatnya jiper. Hidup mati ada ditangan Tuhan, itu yang diyakininya selama ini. Keyakinan ini pula yang membuat musuhnya gentar.
Entah punya ilmu kebal apa, setiap kali serangan sniper selalu meleset. Yang kena bukannya Sang Pendekar tapi orang lain. Kadang temannya, kadang musuhnya kadang bahkan objek yang kebetulannya saja lagi sial. Ada yang bilang ia pakai ilmu hitam. Ada pula yang bilang ia diolesi minyak babi jadi peluru sang penembak jitu selalu meleset karena licin.
Duar!!!!!
Kali ini yang tertembak rupanya Musuh Sang Pendekar, yang mencoba memaksakan kehendaknya supaya Sang Pendekar mau membeli tanah miliknya. Permintaan ditolak mentah-mentah sehingga ia pun dendam. Sungguh sial niat jahatnya terbongkar, maka peluru yang diarahkan ke Sang Pendekar berbalik ke Sang Penuduh.
Derr!!!
Peluru lain kembali melesat. Sekali lagi Sang Pendekar berdiri tegak. Yang ditembak sniper tadi ternyata Seorang Petinggi yang selama ini berseberangan dengan Sang Pendekar. Gegara Petinggi itu terlalu dekat dengan para Tuan Tanah yang rakus. Peluru pun menyambar dan robohlah Petinggi itu bersimbah kencingnya sendiri.
Srr...rrttt!
Lha kok ini bukan suara Dar Der Dor
Ternyata ini bukan senapan sniper tapi Shuriken dari Ninja Turtle di gorong-gorong gelap. Kali ini yang jadi korban ternyata Jongos Sang Pendekar. Gegara terlalu bersemangat membela tuannya. Menjadi sasaran sang ninja unyu-unyu.
Siunngggg!!!!