Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya tuhan Saya Pilih Ahok

17 Maret 2016   23:30 Diperbarui: 17 Maret 2016   23:49 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahan dulu amarahnya kawan. Jangan rajam saya. Saya bukan Tuhan saya cuma kompasianer Gila. Makanya Tuhannya huruf kecil kan. Ini judul saya buat supaya heboh aja biar banyak klik gitu. Nah kalau sudah tenang silahkan baca lebih lanjut. 

Ada fenomena aneh yang terjadi didunia Kompasiana, setiap menjelang pilpres atau pilkada akan timbul virus mirip zika yang membuat sebagian kompasianer otaknya mengkerut. Gejalanya antara lain biasanya tulisannya bagus-bagus eh tiba-tiba jadi gak karuan. Untungnya biasanya sih hilang sendiri setelah pilpres/pilkada selesai. Tapi jangan salah virus itu tak pernah hilang tapi hanya tidak aktif. Sang carier akan kambuh 5 tagun berikutnya dan sampai sekarang belum ada obat maupun vaksinnya.

Bukti gejala zika ini bisa dilihat dari kampanye SARA dalam ancang-ancang Pulgub DKI nanti. Saya bilang ancang-ancang ya karena memang belum mulai kan? Ada dua sesat pikir gegara otak mengkerut yang timbul kali ini. Markiper trik catur berikut ini (maaf mbahmupeang saya pinjam sebentar tag linenya)

Sesat pikir pertama adalah kampanye SARA. ini adalah trik yang sudah lama dilakukan dalam dunia marketing. Namanya endorsement marketing. Biasanya bintang iklannya orang-orang terkenal seperti bintang film, model, musisi, atlit, pelawak dan lain sebagainya. Contohnya saya Agnes Monika saya pakai minyak nyongnyong. Eh besok lakulah minyak nyongnyong. Saya Pacman saya minum Tolak Bala, maka berbondong-bondong beli Tolak Bala. Saya Lady Gagah pake sempak minimalis. beuh sempak minimalis laku keras. Masih ingat sempak minimalis?

Yang ikut-ikutan beli Tolak Bala supaya jadi pintar itu biasanya gak berhasil walaupun sudah minum berliter-liter. Karena Tolak Bala itu fungsinya ya menolak bala bukan buat pinter. Yang beli minyak nyongnyong gegara mau jadi sekeren Agnesmo itu juga 99,99% gagal keren karena keren atau tidak tergantung kepribadian. Apalagi yang beli sempak minimalis gegara mau sexy macam Lady Gagah. Bisa ajah berhasil tapi sexy itu tergantung diet, olah raga dan pesona inner beauty cie cie ciehhh.

Makanya kalau beli barang itu sesuai kebutuhan. Kalau butuh sampo cari yang paling cocok dengan rambut dan kantong, jangan sok gegara mau keren macam Rio Metromini, padahal sampo gak bisa merubah bentuk muka, tapi botol sampo bisa. Coba aja lempar ke muka paling berubah jadi bengap. Lha kalau beli sabun juga begitu dan jangan kebanyakan pakenya nanti lecet.

Sama seperti analogi di atas kenapa sih pada kampanye: saya muslim saya pilih Ahok. Atau saya Kristen saya tidak pilih Ahok. Sekalian saja kampanye Saya tuhan saya pilih Ahok gitu loh. Apakah kamu pilih Ahok karena sesama ras, agama, suku atau golonganmu pilih Ahok? Kalau jawabannya iya ya derita elo lah. Seharusnya kan kita pilih Ahok karena yakin Ahok mampu mengubah Jakarta ke arah yang lebih baik dan APBD tidak segampang itu digarong. Dan kalau ada yang bisa bekerja lebih baik dari Ahok ngapain pilih AHok? Ya pilih calon yang lebih baik dong. Kata engkong gua sih gini: Guk gak peduli itu kucing hitam atau putih yang penting bisa nangkap tikus. Ya tapi kalau kucing buat pajangan sih lain hal, apalagi kucing pemanggil langganan. Harus yang bisa goyang tuh kaki depannya.

Sesat pikir jenis kedua sesikit berbeda dari yang pertama contohnya: jangan pilih Ahok karena Teman Ahok tukang bully. Ini sama gemblungnya dengan bilang gak usah masuk Islam karena FPI atau ISIS. Itu hanya sebagian keciiiiil. Lagian kan sekali lagi elu pilih Ahok karena Ahok bisa beresin masalah Jakarta bukan karena Teman Ahok. Kasarnya sekalipun Teman Ahok itu Setan Jahanam pun saya pilih Ahok kalau memang gak ada yang lebih baik. Gitu ajah kok repot.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun