Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bagaimana Said Didu Mendapatkan Jabatan Staf Khusus ESDM

2 Desember 2015   08:54 Diperbarui: 2 Desember 2015   08:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saya mau ngaku dosa, sebenarnya yang dimaksud Said Didu itu saya. Memulai karir di K sebagai Tuyul dengan achievement terbesar sampai saat ini adalah HL:0 Hlt:0 Dipancung admin:0 (belum mungkin) jadi masih imbang, semoga gak pecah telur wakakaka.

Ya memang artikel saya 100% karangan, tapi jelek-jelek masih karangan sendiri bukan copy paste. Lagi pula saya gak tau istilahnya apa sekarang dalam pelajaran bahasa, apakah masih ada pelajaran mengarang? Maklum dulu waktu SD selalu keringat dingin kalau giliran pelajaran yang satu ini. Tak pernah lebih dari 6 nilai saya. Setahu saya yang penulis buku kan juga disebut pengarang. SBY juga ngarang buku dan lagu kan? (Orang suka salah kaprah bilangnya pencipta lagu padahal yang bisa mencipta itu hanya Tuhan).

Lha sebenarnya apa sih K ini? Media resmi atau blog kroyokan? Kan pangsa pasarnya beda. Kalau Pak Said mau cari fakta ya ke Kompas.com jangan cari Si Ana. Kekuatan Si Ana ya memang di opini terutama politik. Ibarat kurva bell curve dalam statistik, berita media resmi itu di wilayah sekitar puncak bell curve, 95% beritanya sama di kompas, detik dan media utama lainnya. K itu berada di wilayah yang lain, istilahnya ya di daerah long tail yang 5% itu. Nah yang 5% ini bisa jadi berita hit seperti kasus Samad atau GT atau bisa jadi sampah seperti tulisan ini. Ibarat investasi media utama itu deposito, K itu saham, fluktuatif high risk high return.

Kejeniusan K adalah memanfaatkan celah abu-abu ini. Lah kalau Kompas.com berani nulis yang ada di Si Ana entah sudah di tuntut berapa kali atau malah sudah tutup dan pemred masuk penjara. Sebaliknya kalau K isinya hanya berita journalisme warga saya yakin Ratingnya bakal jeblok.

Jadi Said Didu gak salah terutama kalau yang dimaksud adalah saya. Said ini orang pintar dan hebat, mungkin dia juga sudah dapat tawaran jadi iklan jamu tertentu dengan tagline, orang pinter ...... tapi beliau tolak karena hidupnya lebih berharga buat negara, bangsa dan rakyat Indonesia.

Ini fakta lho, lihat dong track record nya staf ahli lho bukan cuma pengarang. Masuk ke ESDM itu gak gampang loh. Basah begini banyak saingannya. Lebih gampang durian masuk lobang pantat daripada tes masuk ESDM. Alkisah setelah saringan tes tertulis yang sangat ketat dari 250 juta calon tersisa 4 kandidat yaitu saya yang ahli fisika kuantum, Ibu Naftalia ahli psilokogi, Pak Posma seorang dorter dan Pak Said yang lulusan TI IPB. Sehari sebelum wawancara terakhir kami diajak kopdar di Cah Tu Ci, makan pedas seperti yang di sukai K itu. Karena kepedasan pada sakit perut. Walau sakit besoknya tetap hadir diwawancara. Pertanyaannya apa sih yang tercepat di alam semesta ini? Saya yang ahli fisika langsung pencet bel (saya pikir cerdas cermat waktu itu) dan jawab: "Cahaya!" dengan bangganya. Penguji ngangguk-ngangguk. Saya merasa di atas angin karena berhasil jawab yang pertama dan menambahkan: "menurut terori fisika tidak ada benda yang mempunyai kecepatan melebihi cahaya". Yakin sudah memang saya melirik ke yang lain. Dengan tersenyum Ibu Naftalia bilang: "Salah, yang benar pikiran". Penguji menatap Bu Naftalia menanti penjelasan yang kemudian di dapat: Semalam saya sakit perut tengah malam, saya mau kebelakang tapi gelap, jadi saya nyalakan lampu barulah terang. Nah untuk menyalakan lampu saya harus berpikir dulu untuk menyalakan lampu. Saya langsung lemas karena merasa kalah dari Bu Naftalia. Belum hilang senyuman Bu Naftali, dr. Posma menimpali: "Salah, yang benar kedipan mata". "Kedipan kan gerakan reflek tanpa melalui proses 'berpikir' jadi lebih cepat dari pikiran". Giliran Bu Naftalia yang cemberut. Pak Said yang dari tadi diam saja menahan mules adalah yang terakhir menjawab: "Mencret!". Team penguji terhenyak dan terbengong-bengong, sebelum Pak Said menambahkan penjelasannya. "Gini lho kemaren saya terbangun tengah malam karena mules. Sebelum saya sempat menyalakan lampu, berpikir apalagi berkedip, saya sudah keburu mencret."

Fakta membuktikan Pak Said yang keterima di ESDM dan yang lain harus puas dengan menulis di K.

Permohinan maaf karena:

- Joke lama di recycle silahkan pancung kalau ada yang keberatan

- mencatut nama kompasianer lain tanpa minta ijin ybs. tidak ada maksud apa-apa. Just a joke man Pis.

- sesuai janji ini hari Rabu, semoga terhibur di akhir pekan nanti

- karena susu setitik rusak nila sebelanga, karena tulisan sampah satu ini rusak nama baik K dimata Pak Said.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun