Sebut saja OI56 seorang jomblo kere. Kerja bertahun-tahun hasilnya begitu-begitu saja. Gaji tiap bulan hanya numpang lewat. Istilah kerennya "make both end meet" alias mempertemukan kedua ujung. Ujung satunya kantor tempat OI56 kerja, ujung lainnya penagih hutang. Â
Bukannya OI56 gak mau mencari istri untuk melepaskan status kejombloannya. Tapi ya itu tadi di antara kedua ujung kantor dan penagih hutang tidak ada ruang untuk istri. Hiburan satu-satunya (ehm tunggu, dua deh) hanyalah TV dan "gadget" . TV ya buat nonton, gadget buat olah raga jempol alias ngetik-ngetik di K. Sisanya waktu senggang OI56 banyak dihabiskan untuk melamun. Tapi jangan sekali-kali katakan di depan OI56 dia lagi melamun. Bisa di hajar kamu, soalnya itu bukan melamun tapi lagi #mikir.
OI termasuk seorang yang pro status quo. Enak jamanku tho begitu kira-kira. Lah gak ada yang salah kok dengan Filosifinya tapi OI56 sering diledek temannya berselera kuno. Gak gaul huuu....
Ya mau gimana lagi, dalam otak OI56 yang sedikit di bawah rata-rata itu gak habis pikir. Apanya yang bagus dengan hal-hal yang ngetrend sekarang. Nyalain TV cari hiburan yang ketemu acaranya jual sensasi melulu. Sensasi adu otot, adu melotot dan adu urat. Ya ganti channel aja kalau gak suka gitu aja kok repot, begitu nasehat teman-temannya. Masalahnya yang lain juga sama saja 11, 12 isi acaranya. Mau langganan TV kabel yang isinya HBO, FOX dan NatGeo sedikit menyinggung rasa nasionalismenya (padahal sebenarnya sih gegara bokek hihihi).
Tapi sebenarnya yang paling menyiksa OI56 itu sensasi pornography yang terselubung. Dia gak habis pikir, kenapa penyanyi sekarang begitu pelit bahan. Memang orang semakin kaya semakin pelit. Bisa beli mobil dan tas mewah tapi beli bahan kok ya pelit. Kalau gak kependekan ya ketipisan. Sudah lama jenis suara Sopran, Alto, Tenor, Bass gak penting. Antara nyanyi dan desah dan teriakan orgasme sulit bedakan. Ngetop tidak lagi tergantung bisa nyanyi atau tidak tapi seberapa mulus paha dan berapa ukuran dada. Atau goyangan kamasutra bab berapa yang bisa ditunjukkan. Sukses "go internasional" ya artinya seberapa mampu bikin anu bule berdiri. Ada peringkatnya pula. Ck ck ck...
Iklan TV pun sama saja, habis nonton iklan rokok yang dibeli sabun (karena OI56 gak merokok). Iklan mobil belinya sabun (lha gak punya duit), iklan cat tembok,  belinya sabun (lah yang ngecat urusan ibu kos lah). Habis nonton iklan kopi pun tetap belinya sabun (kebetulan habis sabunnya).Â
Dari temannya yang kerja di marketing, OI56 belajar ilmu marketing bahwa kalau iklan itu supaya barangnya laku gitu. Sambil garuk-garuk kepala OI56 nyeletuk, "kalau iklan isinya seks berarti mempromosikan seks dong". Temannya yang dimarketing jawab : >#*£€|€{^€ (bukan, ini bukan sumpah serapah seperti di komik tapi menunjukkan jawabannya tidak di pahami OI56 bagaikan sederet code rahasia).
OI pun tadinya senang nonton sinetron. Tapi lama kelamaan ya sama saja. Yang dipertontonkan juga hampir sama. Akhirnya OI56 ngerti juga kenapa namanya Opera Sabun. Habis nonton cari sabun.
Akhirnya OI56 nyerah, matiin TV beralih ke gadget, niatnya olah raga jempol di K begitu klik: ALAMAAK!!! Iklan Sempak Minimalis!!!Â
Sabun mana Sabun......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H