Rehat sejenak dari kehebohan catut menyatut. Bosan! Ada berita menyejukkan hari ini. Jokowi berlutut dan cium tangan gurunya yang sudah sepuh dan duduk di kursi roda. Saya bolak balik cari fotonya di dunia astral gak ketemu. Tapi beritanya ada di mana-mana terutama tentunya di Kompas.com. Gak tau kenapa, seharusnya moment menharukan kok gagal ketangkap kamera atau kamera para wartawan ngambek karena sebagus apapun hasilnya nanti tetap ada yang komen: Setingan itu! Gak usah lebay!
Gak papa dengan ketiadaan foto justru imajinasi lebih bebas membayangkan moment tersebut. Yang punya hati tentu tergetar. Kalau nggak coba buru-buru periksa ke dokter. Jangan-jangan sudah stadium 4. Sudah membatu hatinya. Kalau dulu pada ribut karena cium tangan Bu Mega sekarang dapat jurus serangan baru, Jokowi presiden boneka Gurunya wakakaka....
OK lah jikalau Jokowi itu raja pencitraan, lha kenapa lawannya kok kalah melulu ya. Oh iya, saya lupa, mungkin karena terlalu baik wakakaka....Â
Jokowi itu kesempatan kedua bagi yang menginginkan perubahan. Kesempatan pertama adalah waktu eyang lengser. Namun kita belum siap waktu itu. Namun benih itu sudah tertanam, disiram oleh darah pahlawan reformasi. Kini 17 tahun umur reformasi, bagai remaja ababil yang masih mencari jati diri. Gak asal saja Times membuat judul New Hope. Jagalah nyala api harapan itu, sebab jika ia padam dengan apa engkau menusir gelap?
Sudah ah kok jadi melow begini? Kalau saya masih yakin orang seperti Jokowi ini punya hati yang lurus kayak penggaris. Jokowi itu seperti Frodo Baggins dalam Fellowship of the ring hahahaha.... Hmm the Ring.... Bersambung......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H