KETIKA kita mendapatkan kabar gembira kelahiran seorang anak dari anggota keluarga, kerabat atau seorang teman, biasanya ada di antara kita yang mengucapkan “Selamat atas kelahiran putranya”, “Selamat, semoga menjadi anak yang sholeh”, “Selamat semoga anakmu menjadi anak yang berbakti kelak”, “Selamat, semoga anakmu berguna bagi nusa, bangsa agama dan orangtuanya”, atau dengan doa singkat “Bârokallâhu lakum” atau ucapan dan doa lain yang sejenis.
Ada ucapan dan doa yang lebih baik dari “sekedar” ucapan di atas. Dikatakan lebih baik karena dua hal. Pertama, dari sisi redaksinya jauh lebih bagus. Kedua, dari sisi sumbernya berasal dari orang-orang sholeh terdahulu.
Di dalam kitabnya al-adzkâru, Imam Nawawi mengangkat satu pembahasan yang berjudul Mengucapkan tahniah (selamat) dan menjawabnya sunat. Beliau menyatakan, “Disunatkan mengucapkan tahniah kepada orang tua bayi yang baru dilahirkan. Teman-teman kami mengatakan bahwa disunatkan mengucapkan tahniah yang telah dikatakan oleh Al-Husain ibnu Ali karamaLlâhu wajhahu. Disebutkan bahwa ia telah mengajarkan ucapan tahniah kepada seseorangg. Untuk itu ia mengucapkan”
بارك الله لك في الموهوب لك ، وشكرت الواهب ، وبلغ أشده ، ورزقت بره
BârokaLlâhu laka fi al-mauhûbi laka, wa syakarta al-wâhiba, wa balagho asyuddahu, wa ruziqta birrohu
(SemogaAllah memberkahimu atas anak yang dianugerahkan kepadamu, dan semoga engkau bersyukur kepada Tuhan yang menganugerahinya, dan semoga bayi itu tumbuh sampai dewasa serta engkau diberi rezeki kebaktiannya)
Sedangkan orang yang diberi tahniah / ucapan selamat, disunatkan pula untuk menjawab ucapan si pemberi tahniah dengan ucapan berikut :
بارك الله لك ، وبارك عليك
BârokaLlâhu laka, wa bâaroka ‘alaika
(Semoga Allah memberkahimu dan melimpahkan berkah-Nya kepadamu).
Atau dengan ucapan berikut: