Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Continuous improvement!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pak SBY, mohon datangkan Fatih Terim

6 September 2011   16:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:11 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat kasak-kusuk pemerintah soal bola yang mencuat tengah tahun lalu? Kala itu, Presiden SBY sepulang bersafari dari Turki mendorong bawahannya turun tangan mengangkat prestasi timnas. Lalu tercetus rencana merekrut pelatih elit Fatih Terim. Kalo tidak salah rencana itu diungkap Pak Andi Menpora dan Pak Irman Bos DPD usai mengiring Pak SBY. Ada pro dan kontra PSSI era Nurdin merespon rencana itu. Pemerintah bisa dituding intervensi karena PSSI baru saja merekrut Alfred Riedl yang dibebani target  Timnas jadi finalis piala AFF 2010 (sebenarnya bukan juara lho - kata Riedl). Tapi Nurdin Khalid pun gentar dengan rencana ini dan belakangan bersikap kooperatif. Kegentaran itu tentu karena reputasi Fatih Terim yang kepalang sohor sebagai salah satu nominator manajer terbaik UEFA era 2008. Pelatih berkebangsaan Turki ini berandil besar membina Timnas Turki menembus jajaran elite Eropa bahkan dunia. Puncaknya pada 2008 ia sukses mengantar Turki menjadi semifinalis Piala Eropa. Di jajaran klub, dia malang melintang dari Galatasaray, Fiorentina hingga AC Milan. Sangat layak kita berharap pelatih kelahiran 4 September 1953 ini untuk menyulap prestasi Timnas. Ya minimal jadi macan Asia dulu lah. Melihat performa timnas dan kenakalan suporter dalam laga versus Bahrain yang baru lalu, rasanya kita haus pada kepemimpinan efektif. Pada level kepelatihan, kita mengharapkan hadirnya 'the real one', yang dapat dijadikan role model, terutama bagi pelatih lokal yang dari segi bakat, boleh jadi sangat kompetitif. Ingat, ini baru bakat lho. Hal yang sama berlaku bagi para petinggi PSSI yang diharapkan tidak bergenit ria dengan sang petinggi negeri (jadi ingat statement pak Djohar yang mengatakan SBY cs beli tiket), tapi fokus pada program progresif, misalnya memperbanyak uji coba internasional timnas. Oke, yang terjadi-terjadilah. Walau kecewa karena timnas kita kalah 0-2 dari Bahrain, tapi lilin harapan harus terus menyala. Melalui forum ini, saya ingin curhat kepada Presiden, mengkonfirmasi komitmen beliau, dan barangkali dari sekian banyak pembaca ada kawula elit yang terketuk menyampaikan pada beliau. Teruntuk yang Mulia Presiden SBY, dengan teramat santun, mohon kiranya Bapak berkenan mewujud komitmen Bapak, mendorong pemerintahan Bapak untuk mengangkat prestasi Timnas yang berlanjut rencana merekrut Fatih Terim. Realisasi komitmen Bapak sekali ini saja kelak lebih berharga daripada Bapak 100 kali hadir di GBK untuk menyaksikan kekalahan Timnas. Soal besaran nilai kontrak yang kabarnya mahal (ukuran PSSI), pasti Bapak paham nilai itu sepadan dengan kualitas Fatih Terim. Nilai itu bila dikalkulasi lebih bijak pasti lebih murah dari ongkos pemulangan Nazarudin dari Kolombia yang menelan 4 milyar rupiah untuk urusan selama 2-3 hari. Karena salah satu prestasi kepemimpinan Bapak adalah menaikkan APBN lebih dari 300% sejak 2004, saya haqul yakin Bapak tidak akan menganut paham "you pay peanut, you'll get monkey". Karena itu, mohon tambahlah dana Timnas untuk kontrak pelatih elit. Saya juga yakin, DPR pasti setuju tanpa perlu disogok (tak seperti wisma atlet). Mengenai minoritas suporter yang tidak tertib main petasan dan kembang api, boleh jadi itu unjuk jengkel mereka kepada Bapak karena Timnas tercinta kalah lagi dan lagi di hadapan Bapak. Saya usulkan Bapak mau memberi himbauan terbuka kepada seluruh suporter kita agar bersikap beradab, tertib dan santun, seperti kala Bapak himbau Nazarudin. Kiranya dua hal ini, mendatangkan Fatih Terim dan menghimbau keberadaban suporter, dapat menjadi obat mujarab bagi krisis prestasi Timnas kita. Tapi lebih penting bagi kami, perwujudan komitmen Bapak ini sejenak dapat melupakan angin surga yang Bapak hembus sebelumnya, semisal: ganti sapi korban Merapi, beri ponsel para TKI, atau rehabilitasi korban Lapindo, sehingga akhirnya kami dapat merasakan kepemimpinan nyata Bapak, walau mungkin hanya sekejap. Posting ini sambungan tadi sore: http://olahraga.kompasiana.com/bola/2011/09/06/ngapain-sih-presiden-nonton-timnas-ke-gbk/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun