Ketika masa itu raga masih belum banyak tenaga, aliran darah belum mengenal nutrisi hasil lapangan kerja. Badan masih rapuh, dan penuh dengan tulang kerongkongan, badan kurus tak ada yang memperhatikan (alias Jomblo) hahaha.
Hari ini salah satu teman, Suryadi Dirja membagikan sebuah foto kenangan yang tersimpan di halaman Facebook. Seketika aku teringat, dan menulis kisah ini. Kami adalah anak IQMA UINSA yang ingin melaksanakan kegiatan. Seingatku tepat pada tanggal dan bulan ini, waktu itu IQMA menjadi panitia membedah karya Prof. Dr. H. Moh. Ali Azis, M. Ag. yang berjudul "60 Menit Terapi Salat Bahagia" maka di malam itu kami menyempatkan waktu untuk sowan kepada beliau.
IQMA UINSA kepanjangan dari Ikatan Qori Qoriah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pada waktu itu beliau menjadi penasehat di kepengurusan IQMA. Beliau juga salah satu pendiri IQMA pada tahun 03 Maret 1989 yang dirintis bersama Ust. Peof. Dr. Zaidi Abdad, S.Ag yang sekarang bertugas dinas di Mataram.
Bidang yang digeluti IQMA adalah bidang Qori Qoriah, Bidang Dakwah, Bidang MC, Bidang Sholawat, dan Bidang kaligrafi selain itu ada IEC, DP2K dan Litbang. Dan di Litbang ini dulu bertugas membuat program Jurnalistik dan menerbitkan Buletin Al-Qalam milik IQMA UINSA. Di dalamnya ada liputan kegiatan-kegiatan IQMA, dan karya anggota IQMA seperti artikel, cerpen dan puisi.
Di malam itu, beliau bercerita banyak pemuda yang stress karena menghadapi ujian akhir. Banyak bahtera keluarga yang dilanda angin kehidupan sehingga mengakibatkan porak-poranda. Maka perlu membaca buku tersebut, dengan terapi salat bahagia insyaallah memberi solusi dan kemudahan dalam melewati kerikil-kerikil tajam kehidupan.
Dalam kesempatan itu kami masing-masing diberi buku tersebut, dan kami abadikan dalam foto. Setelah kami foto bersama, pamit pulang dan membawa beberapa buku tersebut untuk diberikan kepada lima mahasiswa yang bertanya. Selain beliau penulis buku, di rumah beliau juga ada siswa dan mahasiswa program Tahfiz yang di tempatkan di ruang khusus rumah beliau.
Beliau berpesan jangan lupa membaca Al-Quran, dan lebih bisa memahami dan menghafalkannya, dan juga mengaplikasikan serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. "Mari urusi Al-Qur'an, walau dengan melantunkan dengan indah, walau dengan menulis ayat-ayatnya dengan kaligrafi, semoga hidup kalian berkah."
Beliau mempunyai banyak karya diantara buku yang saya punya, "60 Menit Terapi Salat Bahagia, MTQ (Mengenal Tuntas Al-Qur'an), Bersiul di Tengah Badai, Khutbah Interaktif, buku doa-doa harian" dan beberapa buku yang belum saya miliki seperti buku "Ilmu Dakwah Edisi Revisi" dan lain-lain.
Kami hanya bisa memohon doa kepada Penulis buku "60 Menit Terapi Salat Bahagia" tersebut dan beliau menasihati kami, "Kalau ingin menjadi penulis bacalah buku karya orang lain 1 bulan 1 buku, kalau tidak bisa 2 bulan 1 buku." Intinya, beliau menyuruh kami untuk menyempatkan membaca buku setiap waktu dan harus habis dibaca.
Memang dalam menulis apa saja, pikiran kita perlu asupan kata. Jika sudah membaca tidak lupa untuk memahami pesan di dalamnya, termasuk ide, cara penulisan, cara menaruh amanat dari masing-masing penulis. Dengan kata lain jika kita banyak membaca banyak pula ide, bendahara kata yang kita torehkan dalam tulisan.