Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Benarkah Anak Muda Lebih Suka WFH?

17 Januari 2023   20:20 Diperbarui: 17 Januari 2023   20:52 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik yang diangkat di Kompasiana ini benar-benar membuat saya merasa heran. Saya juga tidak tahu kenapa topik WFH ini diangkat lagi setelah dua tahun dikenalkan oleh situasi pandemi. 

Memang di Jakarta, di kota lain atau bahkan di negara lain masih berperang pada virus yang mematikan itu. Sehingga di lembaga pendidikan atau non pendidikan harus melakukan bekerja dengan cara WFH.

Work Form Home (WFH)

Istilah WFH berarti bekerja dari rumah, bila bersanding di lembaga pendidikan berarti bekerja/ mengajar dari rumah bagi bapak/ibu guru dan belajar dari rumah bagi siswa. 

Belajar dari rumah para siswa bisa belajar bersama teman, dan tidak menutup kemungkinan belajar bersama orang yang mereka kasihi. Maka, WFH ini sangat digandrungi oleh anak muda, buktinya pada kasus tertentu di Ponorogo melanda siswa SMP dan SMA adalah berzina dan hamil di luar nikah dengan jumlah yang tidak sedikit.

Kasus tersebut sangatlah mengherankan pada dunia pendidikan atau lembaga yang lain. WFH membuat akhlak luntur sehingga tak ada kendali untuk melakukan hal yang di luar batas. Maka dalam hal ini seharusnya perlu ada pendampingan orang tua sampai anak aman dalam belajarnya hingga sampai ke gerbang kesuksesan. Inilah yang menjadi salah satu dampak negatif dari WFH tersebut.

Baca juga: Armada Terakhir

Benarkah anak muda lebih suka WFH? Ya, karena mereka lebih leluasa di rumah dan waktunya digunakan untuk main game online. Karena hal ini saya dapati sebagian besar dari anak didik saya, waktunya kebanyakan untuk bermain game di smartphone yang mereka miliki. Dan menurut jawaban yang mereka tulis, di lembaran yang saya sediakan mereka melupakan kewajiban sebagai makhluk Tuhan dan tidak membantu orang tua.

Hal itu masih wajar dan bahaya, tapi yang lebih bahaya ditakutkan adalah tidak takut Tuhan dan tidak takut kedua orang tua. Ketika mereka sudah mengenal lawan jenis dan saat WFH belajar di rumah melakukan seperti halnya suami istri. Ini adalah kesalahan fatal yang akan menjerat masa depannya yang penuh gemilang.

Sebenarnya WFH banyak sekali manfaatnya bagi siswa dan guru. Bagi siswa, mereka tidak menghabiskan uang saku atau uang bensin. Selain belajar juga bisa membantu orang tua di rumah. Asal mereka bisa mengatur waktu dengan baik (kewajiban kepada Tuhan, kepada Orang tua dan kewajiban pada dirinya sendiri).

Baca juga: Lorong Waktu

Bagi guru di saat WFH, bisa lebih leluasa menggali kreativitas, mengupgrade pengetahuan dengan cara media pembelajaran apapun. Disamping itu, biaya bensin tidak terlalu banyak dan dekat sama keluarga tercinta. Dan yang lebih aman, selamat dari kecelakaan di jalan. 

Work Form Office (WFO)

Bekerja dari kantor sudah mulai di ajaran tahun baru, dan normal seperti sebelum pandemi. Masa Pengenalan Sekolah (MPLS) bagi Peserta Didik Baru (PDB) di zaman pandemi dilaksanakan secara daring dan di tahun ajaran baru 2022-2023 ini sudah dilaksanakan secara luring. Mereka hadir ke sekolah, dikenalkan seluk beluk sekolah dengan secara langsung.

Segalanya sungguh berbeda, mau tidak mau sekolah swasta mengeluarkan anggaran biayanya pun lebih besar dibanding secara daring ketika pandemi. Karena selain membutuhkan biaya juga membutuhkan waktu, alat, tenaga dan pikiran.

Dalam keadaan apapun, WFH atau WFO semua mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tapi kita sebagai guru tetap semangat mangabdi dan siap mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Dan yang lebih penting bagaimana menanggulangi kemerosotan karakter anak bangsa agar mereka menjadi anak yang taat, baik Budi pekertinya pada orang tua, agama dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun