Armada Terakhir
Oleh: M. Abd. Rahim
***
"Pulanglah kak. Sakit Ibu semakin parah. Keluarga bilang harus dibawa ke rumah sakit secepatnya!" Malam kelam kuterima pesan singkat dari adikku yang ada di desa. Sebelum tidur kumusyawarah sama istri.
"Dik besok pulang ke desa ya! Tengok Ibu!" Kataku sebelum selimut malam menghangatkan tubuhku. "Ya, memang kita sudah rencana kan Sabtu besok pulang ke Ibu" Jawab IstrikuÂ
Ibu sudah lama sakit, dan beberapa hari ini diabetnya mulai kelihatan lewat bekas pada kakinya. Dari sakitnya itu, ia tak mampu berdiri sehingga pada saat ke kamar mandi harus pakai anak tongkat.Â
Sebulan yang lalu, Istri sudah pinjam kursi roda punya temannya dan dibawa pulang ke desa oleh kakakku. Agar ibu bisa kemana-mana, menikmati cahaya mentari pagi, taman yang penuh bunga, halaman luas penuh rerumputan nan hijau. Kursi roda tersebut adalah armada terakhir yang ia naiki.Â
Di atas armada, ibu berdoa dan menghasilkan lima sarjana anaknya. Mereka hidupnya sukses di kota, maka mereka harus pulang ke desa secara bergantian.
"Ibu ingin saya bawakan apa?"Â
"Pisang susu saja nak!" Jawabnya sambil berharap aku segera di hadapannya.