Aku berangkat sekolah membawa lato-lato kesukaanku. Sambil menunggu kak Santi mengeluarkan sepeda motornya, kumainkan lato-lato di depan rumah. Sekarang sudah bisa memainkannya dengan duduk maupun dalam keadaan tidur.
"Ayo dik cepetan nanti terlambat!" Kakakku sudah menaiki motornya. Saat ditengah jalan kami dihadang beberapa orang yang tak kami kenal, kami pun turun.Â
"Ayo berikan Handphone yang kalian bawa dan berikan cincin yang ada di jemarimu!" Kak Intan turun dalam keadaan tenang. Aku mulai mengeluarkan lato-latoku dari dalam kantong celanaku dan kumainkan dengan baik hingga salah satu mereka terpental karena serangan lato-latoku.Â
Kak Intan mundur dan minta lato-latoku yang ada di dalam tas. Kak Intan juga ikut memainkannya lebih profesional dibanding aku. Tak kusangka kakak bisa mengalahkan orang-orang yang berbuat jahat, dengan secepat kilat lato-lato yang dimainkannya menyambar mereka hingga terjatuh.
Saat salah satu mereka ada yang berusaha melawan, kulempar dengan lato-lato yang ada di tanganku dan berhasil melumpuhkannya. "Alhamdulillah kak, kamu tidak apa-apa?" Tanyaku. "Tidak apa-apa dik!" Balasnya. Kemudian kakakku menghubungi kontak darurat negara untuk menangkap mereka.
***
Sampai sekolah aku sedikit terlambat, melihat keterlambatanku. Scurity memeriksaku dan merampas mainan lato-latoku dan menghukumku. Lalu aku dibawa ke ruang kepala sekolah.Â
"Jangan bawa itu benda di sekolah, disimpan saja di rumah!" Nasehat ibu kepala sekolah.
Aku tak berani berkata-kata, dan tak bisa membantah
Guru kelas juga mengikutiku ke ruang kepala sekolah dengan membawa pengumuman bahwa aku belum membayar kegiatan studytour Minggu depan.Â
Aku diskors, tak boleh memasuki kelas dan tidak bisa mengikuti pelajaran. Aku disuruh membersihkan mushola sekolah, menyapu dan mengepel tempat wudu. Saat selesai kucuri waktu untuk sembahyang duha dua rakaat. "Ya Allah mudahkanlah segala urusanku, maafkan kesalahanku dan keluargaku." Doaku mengakhiri duhaku. Lalu aku kembali ke ruang kepala sekolah.