Arti PPn Dua Belas Persen Bagi Siswa SMP

Di tengah kelesuan perekonomian masyarakat, keputusan pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 12% dari sebelumnya 11%, pada awal tahun depan, telah memicu berbagai komentar negatif terhadap kebijakan pemerintah di dunia maya. Sebagai guru mata Pelajaran IPS, di mana materi pelajaran Ekonomi di SMP terintegrasi, sayapun terbetik ide untuk menyampaikannya pada siswa dan mencoba untuk mengetahui bagaimana pemikirannya. 

Belakangan ini viralnya konten video yang menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun akademik, menjadi salah satu perhatian masyarakat dan memunculkan banyak komentar keprihatinan. Secara halus, hal ini ditanggapi oleh mereka yang bertanggungjawab terhadap kondisi ini, sebagai akibat kurangnya literasi. 

Benar, pernyataan itu sama sekali tidak salah, hanya saja masih perlu penjelasan yang lebih terperinci dan mendalam, alias panjang kali lebar. Kurangnya literasi itu sebabnya banyak sekali, dan ada kategorinya. Faktornya tak hanya yang ada di sekolah, tetapi meliputi juga faktor-faktor di lingkungan tempat tinggalnya. 

Sebagai salah satu contoh, pada saat ditanyakan tentang PPn atau Pajak Pertambahan Nilai pada siswa kelas 9, yang memang salah satu materinya adalah jenis-jenis pajak, dengan bantuan gadget yang mereka miliki, mereka dapat menjawabnya dengan benar. Pun ketika saya ditanyakan contoh-contoh pajak yang tergolong PPn itu, merekapun dapat menyebutkannya dengan benar, seperti PPn pada saat membeli pulsa internet, saat membeli jajanan di warung, makan di restoran dan sebagainya.

Lalu, di mana letak kekurangan literasinya?

Setelah bantuan gadget dihentikan, kemudian satu persatu ditanya secara spontan tentang pengalaman dalam waktu seminggu ini yang terkait dengan PPn, duniapun dalam sekejap menjadi sunyi dan sepi seolah matahari tak bersinar lagi tetapi tanpa binatang malam yang berkeliaran mencari makan. 

....