Saduran dari laman Facebook dengan judul "Cacatan Romadhan #2"
Kilas balik beberapa hari ke belakang, ada sepotong rasa antara puasaku ternoda atau justru bertambah berkah-NYA. Dalam suasana Romadhan menjalani pekerjaan/profesi mendidik, tetap saja ada rasa entah itu marah entah itu memang tabiat, setiap kali melihat sesuatu yang bertentangan dengan yang seharusnya pada anak-anak, secara spontan selalu saja keluar teguran dari lisan ini, dan otomatis terpasang raut serius di wajah.
Meskipun itu sesuatu yang spontan, tetapi sebenarnya sempat terfikir pula bahwa ada cara lain yang lebih simpatik sebagaimana anjuran para alim ulama maupun para ustadz dan pendidik legendaris nan teladan, yakni dengan senyum. Namun secepat pikiran itu melintas, secepat itu pula dengan segera ada suara lain di benak yang mengatakan sebaliknya, bahwa perlu juga suatu ketika ada ketegasan, apalagi untuk kesalahan yang telah berulangkali terlaksana, baik secara sengaja maupun tanpa disadari*).
Konsistensi pada komitmen yang telah diikrarkan, untuk selalu menolak dan tegas menyikapi pelanggaran, adalah salah satu sikap yang perlu ditanamkan pada mereka, sebagai bagian dari pembentukan karakter positif melalui pembiasaan. Pun di bulan Romadhon plus di tengah jeda kegiatan akademik akhir semester sekaligus akhir tahun pelajaran, di mana akan banyak sekali terjadi seolah peraturan sekolah saat itu tidak berlaku, ada semacam hari-hari bebas peraturan, yang bias menjadi hari-hari bebas etika dan tata krama.**)
Begitulah, rumusan pertanyaan atas dua rasa yang kontradiktif itu jika diabarkan bunyinya adalah, "adakah marahku pada pelanggaran yang terjadi termasuk bagian dari nafsu amarah yang mestinya ditahan di saat sedang berpuasa ? ataukah justru puasaku bernilai tambah dengan itu ?
Semoga saja rasa yang kedualah yang dicatat oleh petugas pencatat amal sebagai bagian dari amar ma'ruf nahi munkar, Aamiin.
___________________________________________________________
Catatan :
*) Satu hal yang selalu kusampaikan pada mereka, bahwa kesalahan yang tidak disadari justru menjadi sesuatu yang sangat berbahaya bagi keselamatan kita di dunia dan akhirat. Karena jika dicermati, kebanyakan kesalahan jenis itu disebabkan oleh ketidaktahuan si pelaku. Dan yang membuatku miris adalah bahwa kelak di hari penghisaban, kesalahan jenis itu tidak akan diterima alasannya, karena sepanjang hidup manusia telah dilapangkan jalan untuk belajar, untuk mencari tahu, untuk menuntut ilmu, untuk berfikir dan berikhtiar agar bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.
**) Kecenderungan yang terjadi hampir di semua sekolah, usai kegiatan tes/ujian, dan menjelang pembagian rapor/hasil ujian, para guru dan pamong serta warga sekolah dapat dipastikan sibuk dengan kegiatan olah nilai, administrasi persekolahan, administrasi pendidikan, administrasi pembelajaran dan sebagainya.Â