Badan-badan di kementerian, selain melalui dapodik, butuh juga informasi langsung dari sekolah, seperti Pemetaan Mutu Pendidikan, bahkan tidak hanya guru, peserta didik dan komite (orang tua) pun diwajibkan mengisi kuisioner yang pertanyaannya mencapai ratusan, (untuk guru dan kepala sekolah serta pengawas berjumlah 585 pertanyaan dengan jumlah opsi jawaban mencapai lebih dari 1500 jawaban karena banyak pertanyaan yang membutuhkan lebih dari 3 jawaban. Dan itu sekali lagi, dilaksanakan di waktu senggang ! September, Â Pada bulan ini kementerian kependudukan menitipkan program Kartu Identitas Anak ke sekolah melalui dinas Pendidikan, Kementerian kesehatan menggaungkan Imunisasi ke sekolah, Kepolisian memberikan penyuluhan lalu lintas, Dinas Kesehatan sosialisasi ke sekolah (sebelumnya sudah ada pemeriksaan kesehatan siswa baru).... Â
Hiks, sampai di sini jadi gak enak sendiri, karena minggu ini dan ke depannya masih banyak yang harus saya sebutkan, tapi malu sama profesional lain yang mungkin lebih sibuk dibanding kami para guru. Â Mungkin semua itu memang sebanding karena gaji kami konon bisa bikin negara bangkrut, saking besarnya anggaran yang diberikan.Â
Mungkin memang sebaiknya kami seperti Oemar Bakri saja, diam menerima apapun keputusan atasan, bahkan meski jadi bahan olokan sebagaimana beliau lari tunggang langgang sampai sepeda kumbangnya standing dan terbang demi mendengar bunyi senapan polisi karena ada siswa bak jagoan berkelahi. .... Â
Semoga saja tulisan ini nggak jadi viral seperti puisi siswa yang itu... malu ah...
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi wabarokatuh
Tulisan ini hanya sekedar sharing atau kalau menurut bahasa kekinian sering disebut "curhat", untuk sekedar melepas uneg-uneg yang dirasakan seiring dengan pemberlakuan K13, PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), dan administrasi elektronik sebagai bagian dari e-government yang kesemuanya demi peningkatan kualitas pendidikan sebagai bagian dari program Nawacita pemerintah.
Tulisan ini telah dipublikasikan di FB dengan judul "Sebuah Ironi : Waktu Senggang Guru".
MA'ARIF SETYO NUGROHO*26 SEPTEMBER 2017