Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perekonomian Lesu, Kembangkan Ekonomi Komunitas

25 Agustus 2015   05:55 Diperbarui: 25 Agustus 2015   07:41 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tampak Salah Satu Karyawan Mas Adam di Depan Kantor CV RAJ Organik/Dok. Pribadi"][/caption]

Apa Anda ikut “puyeng” saat mengetahui bahwa nilai tukar rupiah melemah hingga tembus melebihi angka Rp 14.000 per dollar AS? Menurut prediksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa bulan lalu (12/3/2015), “depresiasi rupiah terhadap dollar AS jika sampai ke level Rp 15.000 per-dollar AS akan meng-hit (menghantam) permodalan satu hingga lima bank nasional” (Kompas.com). Kemarin sore (24/8/2015) nilai tukar rupiah merosot hingga mencapai Rp 14.049 per dollar AS. Dari pada ikut puyeng, panik, stress, apalagi depresi, yuk lebih baik manfaatkan saja peluang usaha sektor riil di level mikro seperti yang dilakukan oleh Adam Community.

Adam Community, merupakan sebuah komunitas bisnis dengan melibatkan para anggota dengan “sistem plasma” yang dikembangkan oleh Adam, panggilan Abdul Aziz Adam Maulida. Dia yang alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berhasil membangun bisnis cacing tanah jenis Lumbricus rubellus yang awalnya dilakukan secara otodidak. Adam yang dijuluki “Bapak Cacing”, setahun lalu pernah diwartakan oleh Kompas.Com: “Bisnis Cacing, Adam Kantongi Rp 300 Juta Sebulan”. Saya mengkonfirmasinya di lapangan, hasilnya saya tulis di Kompasiana dengan judul “Bisnis Cacing Ala Adam Community”.

Belajar dari komunitas Adam, artikel ini hendak membahasnya dari aspek modal sosial, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk membangun ekonomi komunitas (community development) di daerah lainnya, baik untuk produk yang sejenis atau berbeda. Karena itu, berturut-turut saya uraikan sekilas tentang aktivitas “Adam Community”, konsep “modal sosial” dan “pembangunan komunitas”.

Aktivitas Bisnis Adam Community

Prospek usaha cacing yang dikembangkan oleh Adam Community, seperti ditulis sendiri oleh Adam dalam bukunya berjudul “Budi Daya Cacing Tanah Unggul Ala Adam Cacing” (Adam, 2015: 86), dia menggambarkannya sebagai berikut:

“Pendapatan per minggu peternak cacing tanah mencapai 500 ribu rupiah dari lahan yang hanya seluas 3 meter persegi. Anda tertarik merasakan keuntungannya?”

Peluang menjanjikan tersebut ternyata direspon oleh masyarakat. Sasarannya adalah ibu-ibu rumah tangga, pensiunan, dan siapa saja yang memiliki waktu luang. Kini tercatat ada sekitar 8.000-an anggota plasma yang telah dilatih, sementara yang aktif ada sekitar 1.000-an anggota. Saat saya berkunjung untuk kedua kalinya ke sana (22/8/2015), saya sempat bertemu “petani plasma” dari Mojokerto dengan sebuah mobil pick-up penuh cacing segar. Peternak plasma itu sedang mengirimkan 7 kwintal cacing.

[caption caption="Kiriman Cacing Baru Diturunkan dari Mobil Pick-up, Pasokan dari Petani Plasma Majokerto/Dok. "]

[/caption]

Ketika saya tanya berapa kali setiap bulan setor ke sini? Kami setor dua kali dalam sebulan, setoran pertama sebanyak 8 kwintal dan setoran kedua sebanyak 7 kwintal, demikian jawabnya. Dia melanjutkan, “kelompok kami menyetor sebanyak 1,5 ton cacing setiap bulannya”.

Wah, lumayan bukan? Harga cacing pada hari itu (22/8/2015) per kg adalah Rp 27.000. Jika hasil produksinya sebanyak 1,5 ton dikalikan Rp 27.000, menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 40,5 juta. Saya juga sempat menjumpai seorang anggota plasma yang relatif kecil, berasal dari Pujon Malang. Dia bisa setor cacing setiap dua hari sekali, kebetulan jumlahnya tidak banyak, hanya 3 kg. Jika dijumlahkan selama sebulan, berarti produksinya mencapai 45 kg (Rp 1.215.000). Pendapatan sebesar ini lumayan sebagai tambahan bagi pendapatan keluarga. Petani itu memiliki 80 buah kotak kayu tempat memelihara cacing, yang panennya diatur secara bergiliran. Menurut penuturan Adam ketika saya tanya, “berapa stok cacing yang tersimpan di gudang?”. Dia menjawab: “ada sekitar 8 ton cacing”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun