Keluarga muda bekerja keras selagi produktif. Kebutuhan terus meningkat, seiring dengan peningkatan pendapatan. Untuk merawat "dompetnya", keluarga muda mengestimasi pendapatan mendatang dengan membeli aset di waktu sekarang. Sambil tetap bekerja menuju keluarga mapan, mereka berusaha melindungi asetnya.
Kisah berikut ini, menggambarkan perilaku ekonomi di atas. Darinya dapat diambil pelajaran tentang cara mengelola aset bisnis. Ketika itu, kami bertiga naik mobil taksi online dari depan Mall Ramayana Bungurasih menuju Surabaya untuk mengikuti edukasi keuangan di event "Kompasiana Nangkring Bersama AXA Financial Indonesia", JW Marriott Hotel, Jalan Embong Malang No. 85-89, Surabaya (Jumat, 14/7/2017).
Kami tiba di lokasi jelang acara dimulai pukul 18.00 Wib, dan mengikutinya hingga usai pada pukul 22.00 Wib. Sebelum tiba di lokasi, terjadi obrolan antara kami dengan si driver di tengah perjalanan. Ia berbagi cerita bahwa mobil baru miliknya dibeli dengan cara kredit, lengkap dengan asuransinya, all risk.
Keputusannya didasari karena dia dapat mengantongi pendapatan bersih sekitar Rp 500 ribu/hari dari usaha taksi online. Padahal, ia hanya mengemudikan mobilnya mulai sore. Sementara pada pagi harinya, ia harus bekerja di sebuah mall.Â
Ketika dia berhasil menarik pelanggan lebih dari lima kali dalam sehari dan memperoleh tanda bintang (rating 4,7), maka dia berhak mendapatkan bonus.
Sepenggal kisah di atas, menggambarkan dinamika ekonomi keluarga muda di sebuah kota metropolis. Dapat dibayangkan, anak-anak keluarga muda terus tumbuh dengan gaya hidup baru. Perlu pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Sesekali butuh travelling.Â
Untuk memenuhi ragam kebutuhan sekaligus gaya hidup, keluarga muda memeras otak. Bekerja cerdas kata sebagian orang. Ada yang mencoba alih profesi, membuka bisnis baru, berinvestasi, atau membeli aset bergerak seperti pemilik taksi onlinedi atas. Boleh jadi, ada yang fokus menjadi blogger profesional?
Tiap kelompok dalam pemainan praxis, terdiri atas 5-7 peserta. Masing-masing peserta diberi modal awal 7000 US$ dollar. Secara bergiliran, peserta melempar dadu. Pada lemparan pertama, dadu saya jatuh di kamar properti. Saya putuskan untuk membeli. Ternyata uangnya kurang. Terpaksa pinjam dana dan berbunga. Begitu juga peserta yang lain, melempar dadu dan membuat keputusan.