Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Petualangan Wisata Petik Jeruk di Dau, Malang

16 Agustus 2020   13:48 Diperbarui: 16 Agustus 2020   18:13 4141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata petik jeruk bersama Bolang di Kraguman, Dau, Malang (15/08/2020)|Foto Dok. Mas Yunus

Sabtu itu (15/08/2020), sekitar pukul 09.00 WIB kami bergegas menuju titik kumpul di depan sebuah kampus di Jalan Tidar, Kota Malang.

Di sana, sang pemandu, sudah siap menunggu. Tak lama kemudian, kami bersama kawan-kawan meluncur ke sentra wisata petik jeruk di Kraguman, Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kota Malang. Daerah ini berada diantara kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dan Kecamatan Junrejo, Kota Batu.

Malang, tak hanya dikenal sebagai kota apel. Apel Malang kini tak seproduktif seperti dulu lagi. Namun, kota dingin ini memiliki kebun-kebun jeruk yang mengundang selera.

Jeruk di kebun milik Pak Sanusi|Dok. Pribadi
Jeruk di kebun milik Pak Sanusi|Dok. Pribadi
Serunya petik jeruk di kebun jeruk milik Pak Sanusi|Foto Dok. kiriman Mbak Dini
Serunya petik jeruk di kebun jeruk milik Pak Sanusi|Foto Dok. kiriman Mbak Dini
Disinyalir, kebun-kebun jeruk yang berada di kawasan Dau yang menaungi 10 desa/kelurahan ini merupakan penghasil buah jeruk terbesar di Jawa Timur.

Dalam satu tahun, biasanya panen raya terjadi dua kali. Menurut Pak Sanusi, pemilik wisata kebun jeruk di Kraguman, Dau, pengunjung ramai berdatangan ke sini biasanya pada akhir bulan Desember.

Pada saat ini, panen jeruk terjadi sejak sekitar bulan April lalu. Namun pada masa pandemi Covid-19, wisata petik jeruk sepi konsumen, distribusi realtif terganggu, dan harga jeruk pun jatuh.

Saat kami masuk ke kebun wisata milik Pak Sanusi, harga tiket masuk ke kebunnya dipatok sebesar Rp 20.000. Dengan tiket sebesar itu, pengunjung bebas memetik jeruk di pohonnya secara langsung dan makan buah jeruk sepuasnya.

Namun jika pengunjung ingin membawa pulang oleh-oleh jeruk segar, hasil petikannya harus ditimbang dulu, dan membayar cash, harganya berkisar amtara Rp 5.000-Rp 10.000 per kg, tergantung jenis jeruk yang dipilihnya.

Serunya petik jeruk di kebuh|Dok. Pribadi
Serunya petik jeruk di kebuh|Dok. Pribadi
Serunya petik jeruk langsung di kebun jeruk|Dok. Pribadi
Serunya petik jeruk langsung di kebun jeruk|Dok. Pribadi
Tiap pengunjung dipinjami sebuah tas belanja dan sebuah pisau dapur. Tas digunakan sebagai tempat jeruk terbaik yang berhasil dipetik, sedangkan pisaunya digunakan untuk mengupas jeruk peras manis atau jeruk Java Baby.

Di kebun jeruk milik Pak Sanusi, kami menemukan tiga buah jenis jeruk, yakni jeruk peras manis. Jeruk peras ini ada yang menamakannya dengan jeruk Java Baby. Entahlah mengapa dinamakan seperti itu, mungkin karena warna dan tekstur kulitnya yang “kinyis-kinyis” dan segar-manis.

Ada lagi jeruk keprok yang dinamakan “Jeruk Pontianak” atau “Jeruk 55”. Kulit jeruk ini teksturnya agak tebal dan berkerut, rasanya relatif manis, ada sedikit asamnya. Sayang, saya belum berhasil menemukan jenis jeruk Santang, di antara sekitar 750 pohon jeruk miliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun