Petang itu, saya dan kawan-kawan menghadiri event Kopiwriting bertajuk "Membawa UMKM Lokal ke Era Digital". Acaranya berlangsung sejak pukul 15.00 hingga 19.00 Wib di Vargo Kitchen, Jl. Borobudur Kota Malang (11/9).
Kopiwriting kali ini, dihadiri oleh para blogger dan wartawan media arus utama, tak terkecuali komunitas Blogger Kompasiana Malang (Bolang). Komunitas ini pernah meraih award sebagai komunitas Kompasiana terbaik tahun 2017.
Event JNE Kopiwriting 2019 kali ini merupakan yang ke-4, setelah kegiatan serupa sukses digelar di Kota Bandung, Padang, dan Banjarmasin. Usai digelar di kota Malang, JNE Kopiwriting akan berlanjut ke kota Yogyakarta dan Cirebon. Demikian informasi yang tertuang dalam press release JNE yang saya terima saat berlangsung Kopiwriting (11/9).
Membaca Potensi Malang
Malang dikenal sebagai kota pendidikan, wisata, dan industri jasa (Tribina Cita). Malang Selatan memiliki pantai nan indah. Malang utara (termasuk wilayah Batu) memiliki view pegunungan nan eksotik. Kota Batu unggul karena view alamnya. Karenanya, Kota Batu kerap dijuluki sebagai Little Swiss in Java.
Sementara Kota Malang dihuni oleh lebih dari 57 perguruan tinggi. Pemilik motto Beautiful Malang ini juga punya lebih dari 17 kampung wisata tematik. Kampung Warna-Warni merupakan satu diantaranya yang cukup populer. Kota Malang tak punya wisata alam, namun memiliki wisata heritage dan wisata kuliner yang bikin kangen.
Pantas, Malang dinobatkan sebagai kota pariwisatanya Jawa Timur. Wilayahnya mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu.
Kondisi demikian, memungkinkan pergerakan orang, barang, dan jasa di kota Malang cukup tinggi. Beragam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tumbuh bak jamur di musim hujan. Sejak kawasan Soekarno Hatta-Dinoyo hingga ke kota Batu, tumbuh ragam cafe, kuliner, pusat hiburan dan tempat penginapan.
Menurut Tri Widyani Pangestuti, terdapat empat kelompok usaha yang produknya lagi ngetrend di kota Malang, yaitu: kuliner, fashion, kriya (kerajinan), dan digital start-up. Terdapat sekitar 116.000-an UMKM di kota ini, mayoritas (90%) bergerak di bidang usaha mikro. Demikian jelas Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang di ajang Kopiwriting (11/9).
Di ajang yang sama, Dias Satria menekankan urgensi "narasi" dalam memasarkan sebuah produk untuk meningkatkan value. Produk kopi miliknya, kini sudah masuk ke sebuah swalayan modern ternama di kota Malang. Begitu akunya di acara Kopiwriting itu.
Pemilik "Kopi Jago" itu juga mengemukakan bahwa teknologi digital membantunya dalam banyak hal, mulai dari point of sales hingga marketing. "Era ini menuntut saya untuk dinamis mengikuti perkembangan zaman", akunya ketika itu.