Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kopiwriting: Saatnya UMKM Memantik Rezeki di Era Digital

12 September 2019   07:55 Diperbarui: 12 September 2019   08:02 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopiwriting bareng JNE di Vargo Kitchen, Kota Malang (11/9/2019)|Sumber: koleksi foto pribadi

Generasi millenneal jangan mau disebut sebagai generasi "menunduk" hanya karena sering memainkan tombol gawai pintar. Di era digital, saatnya generasi millenneal dan UMKM memanfaatkan smartphone untuk memantik rezeki sosial dan rezeki ekonomi. Setuju?

Jika ya, mari kita diskusikan tulisan ini.

Rezeki sosial itu dapat berupa networking (jejaring sosial). Dengan menulis dan membaginya di media sosial, rezeki sosial itu potensial terbangun. Hal itu seperti yang saya rasakan ketika menulis di Kompasiana.

Rezeki ekonomi pun dapat terbangun. Bentuknya dapat berupa uang, memperoleh hadiah utama mengunjungi holyland atau umrah ke tanah suci, dan lain sebagainya. Satu diantara caranya adalah, jurnalis dapat mengikuti event "JNE Journalist Competition 2019". Selain itu, para blogger dapat mengikuti JNE Kopiwriting.

Atas: foto-foto narasumber Kopiwriting JNE. Bawah: CEO Kompasiana (Nurulloh) sedang berbagi cindera mata dengan para narasumber (11/9)|Foto Koleksi Pribadi
Atas: foto-foto narasumber Kopiwriting JNE. Bawah: CEO Kompasiana (Nurulloh) sedang berbagi cindera mata dengan para narasumber (11/9)|Foto Koleksi Pribadi
 

Kopiwriting: Ngopi, Menulis, dan Rezeki

Komunitas butuh tempat ngopi yang nyaman. Cafe hadir berebut memberi tawaran. Narasi kopi semakin liar. Narasinya jauh melampaui cita rasa kopi itu sendiri. Filosofi kopi pun kian berkembang. Bahkan telah dibukukan.

Ada gastronomi. Pengetahuan atau seni tentang makanan yang baik (good eating), termasuk ihwal keunikan seni meracik kopi di seluruh dunia. Kala itu, saya pernah merasakan nikmatnya Kopi Ibrik, Turkish Style Coffee di ajang Malang Sejuta Kopi.

Ya ngopi, yang menulis. Asyik. Kalau digabung, mungkin itu yang dinamakan Kopiwriting dengan makna yang luas.

Ini versi saya. Sebagian maknanya, Kopiwriting dapat dianggap sebagai gaya hidup kaum urban. Di era digital seperti dewasa ini, kehidupan kaum urban sulit dilepaskan dengan cafe dengan beragam namanya: "kedai", kitchen, warkop, dan semacamnya. Entah itu untuk tujuan mencari inspirasi, berkumpul dengan komunitas, sebagai penikmat kopi, atau hanya sekedar untuk melepas kejenuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun