Dengan tulus, Ismail AS menjawab: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Dialog di atas, terkandung aspek pedagogik. Ibrahim AS menanamkan nilai-nilai pendidikan tidak dengan cara otoriter, melainkan melalui cara yang demokratis. Anak diberi kesempatan untuk berpikir terlebih dahulu, sebelum mengambil keputusan.
Cara demikian, relevan dengan pendekatan Student Active Learning (SCL) atau pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Peserta didiklah yang aktif. Mereka diposisikan sebagai subyek, bukan sebagai obyek pembelajaran. Pendekatan ini kerap digunakan dalam pembelajaran modern, seperti kurikulum berbasis kompetensi.
Apa implikasinya dalam sistem pembelajaran?
Implikasinya, peserta didik diberi kesempatan untuk menggali dan menemukan pengetahuan sendiri dari aneka sumber belajar dan beragam cara belajar.
Metode ceramah patut dikurangi intensitasnya, agar peserta didik tidak tergatung kepada guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai fasilitator yang baik.
Untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan pendekatan SCL, peserta didik diberi kesempatan untuk mencari dan membangun sendiri konstruk pengetahuannya melalui inquiry learning atau discovery learning. Pengetahuan itu bisa berbentuk fakta, konsep, hukum, atau prosedural.
Misalnya, untuk mendapatkan pemahaman konsep "pasar", peserta didik tidak mesti diceramahi tentang apa pasar itu. "Konsep" itu bersifat absrak, seperti "iman", "qurban", "pembangunan", dan lain sebagainya.
Konsep yang masih abstrak galibnya tidak mudah dicerna. Untuk memudahkan pemahaman sebuah konsep, maka dapat dilakukan secara induktif. Katakanlah untuk memperoleh pengetahuan tentang "pasar", peserta didik diajak langsung melihat mall atau pasar terdekat. Amati bendanya, penjelasan kemudian.
Jika memakan beaya dan waktu, dapat pula menggunakan media. Obyek riil disederhanakan dalam bentuk media. Misalnya, dalam bentuk globe, peta, gambar, foto, animasi, dan lain sebagainya.
Guru menunjukkan gambar yang telah dikonsep, seperti foto riil aktivitas "pasar tradisional" disandingkan dengan "pasar modern", foto aktivitas "pasar barang" dengan "pasar uang", dan seterusnya. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengamatinya.