WARUNG makan ini relatif sempit. Dapur masaknya berada di bagian depan. Jarak antara dapur dengan meja pelanggan nyaris menyatu. Bau sedap masakan mudah tercium oleh pengunjung.
Sungguhpun demikian, dapur, meja, kursi, dan wastafel ditata begitu rupa. Pelanggan masih bisa leluasa bergerak di warung lalapan spesialis geprek ini. Namanya "Warung OmBoy". Lokasinya di Jl. Ciujung No. 23 (Utara Rumah Sakit Ibu dan Anak "Mutiara Bunda") Malang.
Warung ini menyediakan ruang lesehan mini. Dindingnya dihiasi motif bunga berwarna oranye. Meski tak didesain oleh ahli interior, penampakannya cukup sedap dipandang mata.

Bukan pula ketatnya persaingan usaha kuliner yang dipersoalkan. Si pengelola tahu harus bagaimana menyiasatinya. Rupanya, dia menerapkan filosofi ala Jawa berikut ini.
"Di Malang, kalau rasanya enak, meskipun tempatnya 'nylempit', akan dicari orang", begitu ujar Pak Iwan, pengelola Warung OmBoy yang hijrah ke Malang untuk membuka usaha geprek.

Hal utama adalah mengenalkan rasa enak, baru disusul faktor lain, seperti lokasi, harga, promosi, dan layanan. Si pemilik percaya, "di manapun tempatnya, kalau cita rasanya enak, pelanggan akan mencarinya".
Menerapkan Filosofi Jawa
Budaya Jawa kaya akan kearifan lokal, seperti "ora bathi sathak ora opo-opo, sing penting bathi sanak" (Tidak mendapatkan untung berupa uang tidaklah mengapa, asalkan mendapatkan untung berupa persaudaraan").
Filosofi itu menekankan pentingnya budaya harmoni sosial. Ada pula filosofi "mangan ora mangan sing penting ngumpul" (makan tidak makan, yang penting bisa berkumpul).