Kampung dunia saat ini tak lagi terasing seperti gambaran kisah “Robinson Crusoe”, sebuah novel legendaris besutan Daniel Defoe yang pertama kali terbit pada 25 April 1719. Namun bukan berarti, manusia era kekinian bebas dari perasaan hidup terasing di tengah menjamurnya komunitas yang didukung media sosial. Nah, saat sebuah komunitas menghadapi kebekuan kelompok, apa yang sepatutnya dilakukan?
Salah satu caranya, sebuah komunitas perlu melakukan jalan-jalan ke sejumlah destinasi unik yang jarang/belum pernah kita kunjungi. Mungkin ini relevan dengan teori hierarki kebutuhan ala Abraham Maslow. Bahwa manusia itu selain butuh makan-minum (kebutuhan fisiologis), ia juga butuh rasa aman, rasa memiliki dan kasih sayang, penghargaan serta aktualisasi diri.
1. Pintu Gerbang Bambu Berlogo Kampung Sinau
Kami menuju ke Kampung Sinau melalui “Gang Singo”, artinya “Gang Singa”. Patung singa di pertigaan jalan raya ini menjadi penanda jalan masuk menuju lokasi Kampung Sinau. Sekitar 500 m dari tempat ini, kami memasuki pintu gapura bambu yang di atasnya terpajang logo bulat bertuliskan "Kampung Sinau". Komunitas ini merupakan pegiat literasi, seni dan budaya. Lokasinya berada di Jalan Untung Sudiro, RT 04/RW 04, Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.
Sepanjang gang menuju lokasi dari pintu gapura bambu itu, kami mendapatkan suguhan pemandangan aneka lukisan mural yang indah. Mural adalah cara melukis di atas media yang permukaannya luas dan bersifat permanen, seperti di dinding bangunan, tembok rumah atau jembatan. Tertulis di salah satu lukisan mural, teks inspiratif bernada memotivasi anak: “Tampillah Biar Keren”. Menurut saya, ini keren banget!
Menurut pengakuan Mansur, pemilik nama lengkap Muhamad Toha Mansur Albadawi selaku Ketua Karang Taruna dan penggerak Komunitas "Kampung Sinau" kepada kami, jumlah pendaftar yang berminat menjadi relawan Kampung Sinau mencapai 600 orang, namun yang pernah mengajar hanya sekitar 200-an. Para pendaftar volunteer itu umumnya berasal dari para mahasiswa.
Kala itu, kami sempat bertemu dengan salah seorang relawan bernama Yashinta. Dia sedang menemani Laila, siswa kelas III SD dan teman-temannya beraktivitas di Kampung Sinau. Volunteer itu adalah seorang mahasiswi semester V jurusan Biologi asal sebuah perguruan tinggi ternama di Kota Malang. Menurut pengakuannya saat saya tanya, dia membebaskan diri setidaknya satu hari dalam seminggu dari kesibukannya di kampus hanya untuk pergi ke Kampung Sinau.
4. Aktivitas Bimbel, Kreasi Seni dan Budaya
Kampung Sinau menyediakan layanan Bimbingan Belajar (Bimbel) gratis. Anak-anak dapat belajar dan bebas bermain di tempat ini, bebas datang dan pulang kapan saja. Selain belajar mata pelajaran sekolah, ada kegiatan seni dan budaya seperti belajar melukis, membatik, dan bermain musik.