[caption caption="Backdrop ICCC 2016/Fok. Pribadi"][/caption]Setelah Kota Solo, kini giliran Kota Malang menjadi tuan rumah Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016. Bertajuk “Menuju Kota Kreatif Indonesia yang Berkelanjutan”, Pembukaan ICCC 2016 berlangsung pada Kamis (31/3) di Hotel Harris, Kota Malang. Acara itu terselenggara berkat kolaborasi antara antara Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), Pemerintah Kota Malang, dan Indonesia Creative Cities Network (ICCN). Ketua Bekraf, Triawan Munaf, didampingi oleh Wali Kota Malang, H. Moch. Anton, dan Ketua ICCN, Paulus Mintaraga, hadir dalam acara Pembukaan ICCC di Hotel Harris, Kota Malang.
[caption caption="Pembukaan ICC 2016, dengan menyentuh ikon jari digital/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Abah Anton dan Ketua Berkraf beserta tamu penting lainnya yang hadir di Pembukaan ICCC 2016/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Suasana ICCC 2016 di Hall Hotel Harris/Dok. Pribadi"]
Ia kemudian menggambarkan kondisi start-up (pebisnis pemula) yang pada umumnya berada pada situasi “lembah Kematian”. Untuk itu, “Berkraf memiliki tanggung jawab untuk membantu membekali para start-up dengan pengetahuan, manajemen, dan cara komunikasi agar mereka tak cepat gagal”. Seraya mengutip pendapat Richard Florida, dia menekankan pentingnya “tiga T” yang mesti ada dalam Kota Kreatif, yaitu Talent (sumber daya yang berbakat), Teknologi, dan Toleransi.
Dalam sebuah sessi konferensi itu, Prof. Sardono Waluyo Kusumo yang akrab dipanggil Mas Don, sebagai salah satu pembicara, berpandangan:
“Kita sudah membicarakan 'quadruple Helix' sebagai platform pengembangan Kota Kreatif, yang terdiri atas empat unsur tadi. Kini kita perlu memaknai ulang masing-masing komponen. Misalnya siapa yang disebut akademisi? Menurutnya, pengertian “akademisi” bukan merujuk hanya pada akademik gelar. Dalam konteks industri kreatif, pengertian akademisi adalah “Man of knowledge”. Orang yang dianggap tak berpendidikan terkadang justeru mampu menciptakan kreativitas di tengah masyarakat, seperti ikon Inul, komedian Benyamin S atau Thukul Arwana”. Maka kita harus ciptakan 5-10 tahun ke depan, para akademisi yang paham dunia kreatif.
Demikian pula government (pemerintah) bisa dimaknai sebagai governance (pengelolaan-tata kepemerintahan). Sedangkan “Bisnis” tidak harus selalu dimaknai “bisnis man”. Pada abad 21, bisnis dibiayai oleh masyarakat (crowd founding). Komunitas Kreatif itu juga tidak given, tetapi dicipta. Jadi, kita perlu jabarkan “quadruple Helix”, kita tafsirkan yang menekankan pada intangible aspect, demikian antara lain pandangan seniman yang dikukuhkan menjadi Guru Besar oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 14 Januari 2004.
Seniman berambut sebahu itu berpandangan, dilihat dari sudut pandang budaya, bahwa budaya kreatif itu mengandung dua dimensi, yaitu produk dan proses. Aspek produk merujuk pada arti barang (fisik). Sementara proses kreatif itu intangible, jadi harus dirasa… harus mencari kalau barangnya belum ada. Proses kreatif itu sangat penting. Jadi, ekonomi kreatif ituintangible aspect, dibutuhkan kesabaran membaca dan kita harus bersedia menjadi patner bagi anak-anak muda…”, demikian papar Mas Don.
Di sela-sela konferensi, ditampilkan Tarian “Bala Turangga”, sebuah kreasi baru tarian “Kuda Lumping Kekinian”, menyatu dalam harmonisasi yang luar biasa. Para penari berkolaborasi, membentuk gerakan indah penuh semangat. Masing-masing penari mempermainkan “kuda lumping” cantik berhiaskan lampu-lampu indah, mempertontonkan kebolehannya di hadapan ratusan peserta yang memadati hall Hotel Harris, yang lokasinya menyatu dengan Perumahan River Side di dekat kawasan Terminal Arjosari itu. Tepuk tangan dan gemuruh penonton mewarnai penampilan para penari “Kuda Lumping Kekinian” saat mereka beraksi di panggung utama.
[caption caption="Tari "Bala Turangga" (Kuda Lumping Kekinian) di Forum ICCC 2016/Dok. Pribadi"]
- Forum Walikota dan Bupati, dengan topik: “Mendorong Kreativitas dan Keunggulan Lokal”
- Forum Komunitas Kreatif, dengan topik: “Dialog Usaha Kreatif Berbasis Budaya dan Etika”
- Forum Bisnis, dengan topik: “Strategi Kreatif untuk Keberlanjutan Usaha Bisnis”
- Forum Akademisi, dengan topik: “Akuntabilitas Indikator Kinerja Kota Kreatif”