Jika kehausan… anak-anak sudah terbiasa langsung minum air dari sumur jernih itu, sruppppp…. Sruppttt…. Ah, segar. Mana berani anak zaman sekarang minum air seperti itu? Karena airn sumur di perkotaan tampak keruh, dan mungkin sudah tercemar dengan aneka limbah rumah tangga dan aneka industri… hihi..hihi…
*******
Tiap sore, kami mengaji di Langgar. Termasuk Kesol, setiap menjelang maghrib, kawan saya itu, sudah berangkat ke Langgar. Setelah jama’ah shalat maghrib, kami belajar membaca huruf hijaiyyah dan mengaji al-Qur’an bersama-sama.
Cara belajarnya masih menggunakan metode jadul: “Alif fathah A, alif Kasrah i, alif dlommah u…, a-i-u”. Demikian awal mula si Kesol belajar membaca huruf hijaiyyah dengan metode itu. Cara belajar jadul semacam ini, dikenal dengan metode al-Baghdadi.
Untuk mendukung proses pembalajaran, tak ada SPP yang wajib dibayarkan setiap bulan. Kalaupun ada, hanya iuran kecil yang bersifat suka rela. Bagi si Kesol, tentu belajar di langgar seperti itu tak menjadi hambatan baginya.
Sementara itu, cara belajar mengaji anak-anak muslim zaman sekarang berbeda. Mereka belajarnya di ruang TPA/TPQ, bahkan di ruang ber-AC, ada SPP wajib bulanan. Nama metodenya keren-keren, ada Iqra’, al-Barqi, Qira’ati, bil-Qalam, dan masih banyak lagi.
Di Langgar itu, teman-teman yang lebih baik bacaannya dibanding teman lainnya, mengajari kawan-kawan sebayanya yang belum bisa membaca. Metode semacam ini dalam dunia pendidikan modern dikenal dengan metode “Tutor Sebaya”. Demikianlah, saya, Kesol dan teman-teman lain mengaji tiap sore hingga waktunya usai. Selain itu, para murid belajar mengaji dengan cara menyetorkan bacaannya, jika salah, sang ustadz menegurnya dan memperbaiki bacaannya. Metode ini seringkali dikenal dengan metode “sorogan”.
Usai mengaji dan jama’ah shalat isya’, teman-teman asyik dolanan, seperti bermain “sodoran”, “gedrik”, kucing-kucingan, “enthik”, kasti, sepak bola plastik, dan lain-lain. Terutama saat bulan Purnama tiba, suasana permainan tradisional seru banget… ramai dan asyik!
Karena asyik bermain bersama kawan-kawan sepermainan, acapkali anak-anak lebih suka bermalam di Langgar dari pada di rumah sendiri. Kecuali saya, hanya sesekali tidur di Langgar. Nah saat itu, kejadian unik dan lucu terjadi pada saya. Pasalnya, saya pernah dijahilin oleh teman-teman sepermainan, ketika tertidur di langgar.
“mmlmm…mlmm…..”. Rasanya asin-asin gimana, persis seperti rasa garam. Eit… ternyata garam beneran. Waktu tidur, saya dipancing pakai garam yang diikatkan dengan seutas benang.
Garam yang telah diikat itu, didekatkan di atas mulut saya yang lagi ketiduran, sebelum teman-teman lain tidur semua. Bak memancing ikan, umpan garam itu dinaikturunkan di atas mulut saya. Ketika tersentuh air liur, garam itu berasa asin. Mmmlm..mlmm….. Kwek kwekekk…