Kasus di atas hanyalah sebagian contoh, bahwa menilai itu bukan sekedar anak disuruh menjawab soal, tetapi sekaligus dapat menumbuh-kembangkan kreativitas anak dalam memecahkan masalah sesuai dengan potensi dirinya. Bandingkan soal yang paling akhir di atas, antara bagian kiri (pola 1) dan bagian kanan (pola 2), hasilnya akan berbeda bukan?
Soal bagian kanan, jawabanya merangsang lahirnya pengetahuan baru, memungkinkan hasil belajar yang tak terduga. Jawabannya bisa berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya, namun jawabannya bisa sama-sama tepatnya. Di situlah muncul kreativitas dalam pembelajaran. Karakter semacam ini perlu ditanamkan sejak dini dalam pendidikan. Ada kerjasama dan kreativitas dalam pembelajaran kelompok yang mendidik, yang hasilnya kemudian dirayakan dengan banyak cara. Harapannya, mereka kelak terbiasa dapat memecahkan persoalan-persoalan hidup sehari-hari yang dihadapinya dan tidak stress karenanya. Karena di dalamnya ada unsur mendidik dan menghibur, juga ada unsur kreativitas.
Sementara dalam lomba panjat pinang, balap karung, dan makan kerupuk, benar muncul suasana gembira, lucu dan seru. Unsur hiburannya sangat kental. Mungkin kebanyakan orang menilai kegiatan semacam ini toh berlangsung hanya setahun sekali. Nggak apa-apalah. Namun jika dihubungkan dengan definisi pendidikan di atas, kiranya tidak masuk kriteria. Kegiatan lomba semacam itu hanya berlangsung sesaat, setelah itu tinggal kenangan. Berbeda dengan perayaan lewat lomba puisi misalnya. Ekspresi kecintaan akan tanah air dan nilai-nilai kepahlawanan yang dituangkan lewat karya sastra itu, dapat memberikan efek pembelajaran dan pendidikan. Selain belajar membuat karya sastra yang baik, ada pesan-pesan luhur yang disampaikan, sesuai dengan fenomena yang berkembang.
Namun mungkinkah kegiatan semacam ini dilakukan oleh rakyat kebanyakan? Tentu saja tidak. Rakyat tidak terbiasa berpuisi atau berkarya sastra. Selain itu, lomba panjat pinang atau balap karung, telah menjadi budaya yang mendarah daging, sulit dihilangkan dari masyarakat. Lalu kalau dianggap hanya kegiatan yang menghibur dan tidak mendidik, apa gantinya yang tepat? Adakah suatu kegiatan publik yang di dalamnya ada unsur hiburan sekaligus ada unsur mendidik bagi rakyat kebanyakan? Disinilah perlunya kreativitas dan keberanian para pemimpin, tak terkecuali selevel ketua Rukun Tetangga (RT) atau ketua Rukun Warga (RW) untuk melahirkan gagasan-gagasan baru di bidang sosial, terutama saat momen peringatan 17 Agustus nanti berlangsung. Gerakan Nyalakan Indonesia #RI70 hanya salah satu contoh kreativitas dalam merayakan hari kemerdekaan RI. Saya berharap, suatu saat perayaan lomba-lomba Agustusan itu memiliki unsur yang menghibur, kreatif, inovatif dan sekaligus edukatif. Bagaimana pendapat Anda?
---------------------
Sumber gambar dan Bahan Bacaan:Â
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150807_trensosial_panjatpinang?ocid=socialflow_facebook
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/08/14/19250911/Nyalakan.Indonesia.RI70
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H