Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemeriahan Muktamar NU ke-33, “Sarung Merah” Jokowi, dan Asaku

3 Agustus 2015   11:54 Diperbarui: 3 Agustus 2015   14:43 2636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Di depan Masjid Agung Jombang inilah Arena Seremoni Muktamar Berlangsung/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Stan-stan pameran yang menampilkan beragam produk mengelilingi alun-alun-alun kota, semakin menambah semarak acara Muktamar. Eit… ternyata batu akik pun juga dijual di tepi trotoar, mereka mengais rejeki di antara para pengunjung yang lalu lalang. Tak kusangka, ternyata teman saya membeli bahan batu akik yang bernama batu “bulu macan” yang berwarna hitam itu. Keunikan lain, ada juga kegiatan membatik sebagaimana dipajang di salah satu stan Bank Jatim, setiap pengunjung boleh mencoba membatik beragam motif “batik khas Jombang” di stan itu. Asyik… tuh. Mmpung belum tutup, coba aja hingga acara usai tanggal 5 Agustus 2015 nanti.

[caption caption="Membatik di Depan Peserta Muktamar/Dok. Pribadi"]

[/caption][caption caption="Bongkahan Akik "Bat Bulu Macan"/Dok. Pribadi"]

[/caption][caption caption="Salah satu Stan Pameran Muktamar NU ke-33/Dok. Pribadi"][caption caption="Unik, Di sini Dijual Batu Akik/Dok. Pribadi"]

[/caption]
[/caption]

Apa makna Tema Besar Muktamar NU 2015?

NU dalam muktamarnya kali ini mengangkat tema: “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”. Berdasarkan penjelasan resmi panitia Muktamar NU (dapat diunduh di sini), sebatas yang dapat saya pahami, Islam Nusantara bukanlah madzhab atau aliran yang berusaha mereduksi Islam itu sendiri. Demikian halnya yang saya tangkap dari penjelasan K.H. Said Sirodj saat memberi kata sambutan pada acara pembukaan tersebut. Tema ini justru berusaha menghadirkan esensi ajaran Islam yang dapat “membawa rahmat untuk semua” (rahmatan lil ‘alamiin) dengan tetap memperhatikan “kearifan lokal” (lokal jenius) yang tidak bertentangan dengan esensi ajaran Islam itu sendiri. Sebagaimana tertulis dalam petikan dokumen panitia mengenai tema muktamar, dijelaskan bahwa:

“Karakter Islam Nusantara menunjukkan adanya kearifan lokal di Nusantara yang tidak melanggar ajaran Islam, namun justru menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak tersebar di wilayah Indonesia. Kehadiran Islam tidak untuk merusak atau menantang tradisi yang ada. Sebaliknya, Islam datang untuk memperkaya dan mengislamkan tradisi dan budaya yang ada secara tadriji (bertahap). Bisa jadi butuh waktu puluhan tahun atau beberapa generasi. Pertemuan Islam dengan adat dan tradisi Nusantara itu kemudian membentuk sistem sosial, lembaga pendidikan (seperti pesantren) serta sistem Kesultanan. Tradisi itulah yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara, yakni Islam yang telah melebur dengan tradisi dan budaya Nusantara”.

“…Islam Nusantara dimaksudkan sebuah pemahaman keislaman yang bergumul, berdialog dan menyatu dengan kebudayaan Nusantara, dengan melalui proses seleksi, akulturasi dan adaptasi. Islam nusantara tidak hanya terbatas pada sejarah atau lokalitas Islam di tanah Jawa. Lebih dari itu, Islam Nusantara sebagai manhaj atau model beragama yang harus senantiasa diperjuangkan untuk masa depan peradaban Indonesia dan dunia. Islam Nusantara adalah Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama yang beragam. Islam bukan hanya cocok diterima orang Nusantara, tetapi juga pantas mewarnai budaya Nusantara untuk mewujudkan sifat akomodatifnya, yakni rahmatan lil ‘alamin”.

Kini, acara Muktamar sudah memasuki hari ke-3. Para Muktamirin akan membahas beragam agenda hingga penutupan pada tanggal 5 Agustus 2015 nanti. Sementara pemilihan-pemimpin baru menurut rencananya akan dilangsungkan besok pada tanggal 4 Agustus 2015. Sementara bagi non-muktamirin, alias warga umum dapat menyaksikan secara gratis aneka hiburan di pusat alun-alun pusat kota Kabupaten Jombang yang dikemas dengan nama “Parade Seni Syiar” Muktamar NU ke-33. Kegiatan ini terbuka untuk umum, yang dapat disaksikan sejak tanggal 1 – 5 Agustus 2015. Inilah agenda Parade Seni Syiar, sebagaimana terpampang pada banner besar yang dipajang di depan pintu gerbang alun-alun Jombang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun