derita menjelang malam dengan sajak-sajak  kerinduan, rindu menggemma dibawah untaian kata. kaya rasa sepenuh jiwa.Â
langit membawa pesan. dengan bibir hitam kelabu. bahwa rintihan air akan jatuh di pelupuk mata. mengalir deras mengguyur sekujur tubuh manusia. dan hilang seketika.
seorang nenek paruh baya.bagai tempurung kelapa. bergumam lirih sambil meremas tongkat didepan dada. berjalan menelusuri jejak kaki lalu lalang.
waktupun berubah. langit mulai gelap tidak ada pancaran sang surya. hujan dan angin menghayutkan pandanganku pada nenek paruh baya.
kuteringat, matanya yang sembab dan bercahaya. bibirnya berbicara dengan tabir kebisuan.Â
pada saat yang sama aku merenungi , manusia hidup dalam ambang ambang kematian. berbicara bagai petir tetapi hidup bagai pohon tak berakar. bagai air berhenti dipenghujung rawa-rawa kebajikan.Â
Sabtu 22.02.2020
Bojonegoro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H