Mohon tunggu...
eMWe
eMWe Mohon Tunggu... Petani - manusia, masalah manusia

pemburu senja dikala gelap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Paruh Baya

22 Februari 2020   20:49 Diperbarui: 22 Februari 2020   21:04 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
si mbah| Garwanagari

derita menjelang malam dengan sajak-sajak  kerinduan, rindu menggemma dibawah untaian kata. kaya rasa sepenuh jiwa. 

langit membawa pesan. dengan bibir hitam kelabu. bahwa rintihan air akan jatuh di pelupuk mata. mengalir deras mengguyur sekujur tubuh manusia. dan hilang seketika.

seorang nenek paruh baya.bagai tempurung kelapa. bergumam lirih sambil meremas tongkat didepan dada. berjalan menelusuri jejak kaki lalu lalang.

waktupun berubah. langit mulai gelap tidak ada pancaran sang surya. hujan dan angin menghayutkan pandanganku pada nenek paruh baya.

kuteringat, matanya yang sembab dan bercahaya. bibirnya berbicara dengan tabir kebisuan. 

pada saat yang sama aku merenungi , manusia hidup dalam ambang ambang kematian. berbicara bagai petir tetapi hidup bagai pohon tak berakar. bagai air berhenti dipenghujung rawa-rawa kebajikan. 

Sabtu 22.02.2020

Bojonegoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun