Penulis : Mohammad Ulil Absor
Nama Mahsa Amini tiba-tiba menjadi buah bibir dunia, dikarenakan kamtiannya yang tidak wajar. Â Mahsa Amini adalah perempuan berusia 22 tahun yang berasal dari negara Iran Saqqez di provinsi kurdistan dia lahir pada 22 Juli 2000. Dia sebelumnya ditahan oleh kepolisian setempat karena diduga melanggar aturan hijab yang berlaku dinegara Iran.
Mahasa Amini biasa dibanggil Zhina atau Jina Amini dalam bahasa kurdi. Mahsa Amini ditangkap oleh polisi pada selasa, 13/9/2022 dikota Teheran,Iran. Pada selasa sore tersebut Mahsa Amini sedang perjalanan pengunjungi kerabatnya, menggunakan kendaraan umum metro. Naas, saat berada distasiun metro Mahsa Amini tiba-tiba didatangi oleh seorang polisi dan kemudian menangkap dan menahanya dengan dasar tidak menutupi rambutnya dengan sempurna saat dipublik.
Jumat, 16/9/2022 Mahsa Amini menghembuskan nafas terakhirnya setelah dikabarkan terkena serangan jatung dan harus koma selama 2 hari dirumah sakit. Namanun keluarga korban membantah dikarenakan Mahsa Amini tidak memiliki riwayat penyakit jantung selama ini. Selaras dengan keluarga korban, kasus kematian Mahsa Amini jugaanggap janggal oleh Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) karena HAM menduga terdapat kekerasan dan penyikasan yang dilami Mahsa Amini saat ditahan oleh pihak kepolisian. Sehingga organisasi ini menempuh jalur hukum untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut.
Setelah kematian Mahsa Amini, banayak para tokoh, mahasiswa, selebritis, atlit, dan masyarakat dunia. Untuk memberikan dukunganya agar Mahsa Amini mendapatkan keadilan. Bahkan para mahasiwa melakukan aksi Demostrasi dikota-kota besar diIran agar para oknum polisi yang terlibat dapat diproses secar hukum yang berlaku dinegara tersebut. Aksi ini juga mendapatkan dukungan dari perempuan seluruh dunia melalui sosial media Twitter maupun Tik-tok dengan hastag "#Mahsa Amini" yang tembus sampai 1,5 Juta.
Imbas dari aksi Demostrasi ini, yang sebelumnya para demostran hanya menuntut keadilan bagi Mahsa Amini sekarang mulai berevolui dengan melawan pemerintahan Iran yang dianggap merampas kebebasan masyarakatnya selama ini. Dilansir dari lembaga pemantau HAM di AS mengatakan lebih dari 500 Desmostran telah tewas dan 100 orang yang diamankan oleh polisi terncam hukuman mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H