Mohon tunggu...
M.Taufik Budi Wijaya
M.Taufik Budi Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

"Satu langkah kecil seorang manusia, satu langkah besar bagi kemanusiaan"-Neil Armstrong. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Nature

Syarief dan Penghijauan di Hutan Tropis yang Tersisa

20 Agustus 2010   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_232725" align="aligncenter" width="500" caption="Syarief Abdul Karim.Warga Desa Ciputri, Cianjur pelestari hutan Sarongge (Foto: M.Taufik Budi Wijaya) "][/caption]

Subuh di kaki Gunung Gede. Tubuh menggigil,udara dinginseperti menusuk tulang. Indikator pengukursuhu udara menunjuk angka 17 derajat celcius. Udara dingin diketinggian 1560 mdpl ini , tak bisa membuat mata saya terpejam dan tidur lelap.Saya segera bergegas, keluar darikantung tidur. Usai sholat subuh, bersama sejumlah teman, kamisegera menikmati sarapan pagi ,dilanjutkanmandi. Air yang mengguyur tubuh tak kalah dingin. Laiknya seperti mandi dengan air kulkas. Brrr…

Sabtu-Minggu (31/7-1/8) lalu adalah kunjungan kali kedua saya ke hutan Sahabat Green. Lokasi persisnya  berada di kaki Gunung Gede , Cianjur, Jawa Barat. Sebagian orang yang datang bertujuan  menanam pohon lewat  program adopsi pohon.Sementarasaya, selain menghilangkan stress dari kesumpekan kota Jakarta,juga  menengok pohon yang ditanambersama anak sekitar 4 bulan silam. Apakah dirawat dan tumbuh dengan baik.

Kawasan Resapan Air

Program penghijauan atau adopsi pohon ini digagas oleh Green Radio Jakarta dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, TNGGP. Program ini juga melibatkan masyarakatsetempat di Desa Ciputri serta masyarakat luar yang ingin mengadopsi pohon.

Adalah Syarief Abdul Karim (37), warga setempatyang ditunjuk sebagai penanggungjawab program .Bersama sejumlah rekannya, Syarief yangtengah berkuliahdi jurusan AdministrasiUniversitas Nurtanio, Bandungantara lain bertugas menyosialisasikan kepada petani penggarap pentingnya menjaga kelestarian hutan. “Memang tidak mudah. Tapi kami mencoba membangun kebersamaan dan lakukan pendekatanpersuasif.”

Sejak berjalandua tahun lalu,program adopsi pohon telah berhasil menanamhampir 12 ribu bibit. Seperti puspa, rasamala, saninten, dan manglid. “ Perkembangan pohon cukup bagus terutama di blok Pasir Leutik. Ketinggian pohonrata rata mencapai 2-3 meter,” ujarnya bungah . Syarief berharap jika program ini mendapat dukungan, khususnya dari petanidalam jangka waktu 10 sampai 15 tahun mendatang, areal seluas 38 hektar tersebut akan kembali rimbun dan hijau.

[caption id="attachment_232742" align="alignright" width="300" caption="Foto: Salah satu sudut areal hutan Sarongge yang akan ditanami pohon. Petani penggarap menanami areal ini dengan berbagai jenis sayuran. "][/caption]

Keterlibatan Syarief dalam program ini bermula dari keprihatinanterhadap ancaman kerusakan lingkungan di areal resapan air tersebut. ”Tercatat sekitar 8 miliar liter air, pertahunyang bisa dimanfaatkan warga.Nah saat ini kecenderungannya, ketersediaan air semakin menipis.Oleh sebab itu saya bersama warga lainnya terpanggil merestorasikawasan ini, “ ungkapnya. Jika terus dibiarkan kata Syarief, tak menutup kemungkinan dimasa datang erosi dan banjirmengancam warga.

Faktor lain yang mendorongnya,keinginan mempertahankan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sebagai kawasan hutan. “Sangat baik tentunya jika kawasan ini lestari, karena termasuk ekosistem hutan terutuh di Pulau Jawa. Tercatat 1500 jenis tumbuhan dan 600 satwa liar, hidup di dalamnya,” terangnya.

Di sekitar camping ground, misalnya dapat dijumpai berbagai jenis tumbuhan obat dan buah.Ada yang dapat dimakan dan ada pula yang bisa digunakan untuk obat. Misalnya buah yang bisa dikonsumsiarbei hutan, konyal, dan pasi . Saatmusim panen Mei lalu, penulis sempat merasakan konyal yang sekilas miripbuah markisa,rasanya manis menyegarkan.Untuk tumbuhan ambil satu contoh sajaRokatmala.

[caption id="attachment_232744" align="alignleft" width="300" caption="DaunRokatmala, tanaman yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan rematik"][/caption]

Tanaman inidipercaya warga setempat berkhasiat sebagaiobatrematik. Bagaimana cara mengonsumsinya? Anda tinggal melalap daunnya atau dikeringkan lalu diseduh sepertiteh.Adapun jenis satwa liar di sekitar Sarongge seperti monyet ekor panjang (macaca), lutung (surili),elang, babi hutan, sampai macan tutul jawa.

Pemberdayaan Petani

Agar program penghijauan ini mendapat dukungan 152 petani penggarap, mereka menyiapkansejumlah kegiatan ekonomi alternatif. Saat ini para petani menanamiareal konservasi tersebut dengan bebagai jenissayur sepertiwortel, daun bawang, dansawi.“Secara bertahap kami alihkan petaniuntuk menanam tanaman sereh wangi dan kapulaga. Setelah diolah sedemikian rupa, serehwangi disuling sementarakapulagadijadikan rempah.Keduanya digunakan sebagai bahan baku obat. Nilai jualnya cukup ekonomis,” paparnya.Bibit yang disiapkan mencapai 1,2 ton.Bibit dibagikan kepada 24 kelompoktani untuk ditanam secara tumpang sari. Program pemberdayaan ekonomi petani lainnya dengan cara memberikan bantuan kambing dan kelinci.

Dukungan Pemerintah

Namun program reboisasi di hutan Sahabat Green belum sepenuhnya mendapat dukungan pemerintah daerah setempat.“Dukungan langsung dari pihak terkait terutama pemda masih kurang. Belum bisa bersinergi.Karena kami melibatkan masyarakat dalam program ini. Pemda belum berikan dukungan signifikan untuk ikut memberdayakan masyarakat,” paparmantan karyawan perusahaan swastaperkebunan strawberry ini.

Hal lain, masih kurangnya tenaga penyuluh lingkungan kepada para petani . Meski demikiankendala tersebut tak membuat surut semangat Syarief dan warga Desa Ciputri yang peduli lestarinya kawasanhutan alam tropis yang tersisa di Indonesia, khususnyaJawa Barat ini.Jika program penghijauan  berhasil, Syariefberharap dimasa datang Desa Ciputri dapat menjadi desa ekowisata. Warga pun,tak lagi mengandalkan hidup dari berkebun sayur. Danyang paling penting kelestarian hutan tetap terjaga,demi kemaslahatan manusia dan ekosistemnya (Fik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun