Mohon tunggu...
Muhamad Khaerulloh
Muhamad Khaerulloh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa yang sedang berjuang menuntut ilmu... Berteman dengan orang-orang yang super di Kampus Biru... Senang mengembara dan membaca... Tarbiyah!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dia Bidadariku

11 Januari 2012   13:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:01 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13262645641624017363

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita memuji-Nya, memohon ampunan dan perlindungan-Nya dari kejahatan hawa nafsu kita dan kejelekan amalan kita. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, sebaliknya siapa yang disesatkan maka tidak ada pula yang dapat menunjukinya.

Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah satu-satunya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu adalah seorang hamba dan utusan Allah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat serta salam kepada beliau, keluarga, dan para shahabatnya serta para pengikutnya dengan ihsan hingga hari pembalasan.

“Cinta…untuk siapa?”

Didalam relung hati yang tersembunyi..

Atau

Membalut cahaya mentari di siang hari..

Mari sejak kita bercerita tentang cinta beserta perangkat keindahannya, jangan kalian dusta tidak pernah merasakan hal ini. Usia remaja yang rentan terhadap perasaan lawan jenis. Yups, itu adalah hal yang normal. Dia cantik, dia tampan, dia anggun, dia rupawan, dia sholeh, dia sholeha, seolah karismanya seakan merayu hati kita. Yah pasti kita tau bersama. Hati tak mungkin bohong ketika merasakan keindahan itu. Saya pun merasakannya (normal kan boy? hehe).

Inikah fitrah yang diberikan Sang Pencipta kepada pemuda.  Rasa yang begitu dalam disaat beranjak dewasa. Mengalir dengan lembut dari mata ke hati, cukup merusak pola pikiran yang sudah terbangun dengan kokohnya. Fitrah tak pernah salah, yang membuatnya salah adalah merespon fitrah tersebut.

Banyak orang dengan berbagai cara mengekpresikan rasa cintanya. Ada yang cukup frontal menununjukkan “rasa” itu di media atau jejaring social yang saat ini kalian buka. Banyak yang menguak isi hatinya sendiri, selayaknya menjemur pakaian di tengah lapangan bola senayan di saat pertandingan Indonesia vs Malaysia di sea games lalu (Jutaan orang bisa tau cuy, lebayyyy). Ada pula yang cukup pendiam hingga otaknya pun tak tahu dengan masalah hatinya, cukup baginya membasahi lidah dengan dzikrulloh.  Nah dimana posisi teman-teman?

Apakah kau seperti Yusuf ‘Alaihi Salam, sang pemilik Cahaya separuh manusia dunia, yang lebih memilih dipenjara daripada menuruti rayuan cinta yang tak semestinya.  Ataukah kau seperti ALi bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu, yang berani menaklukan hati Fatimah az Zahra, hingga datang dengan gagah menemui Rasululloh untuk  melamar anaknya.

Yuk balik ke judul..

Dia Bidadariku..siapa??? Hush bukan si doi boy…

Dia Bidadariku, yang bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.. Siapa?? Yups, Ibunda kita temans…

Sejauh mana kita berpikir Beliau menjadi bidadari kita? Cinta seorang ibunda kepada anak-anaknya memang membuat kita selalu terpesona. Jikalau kasih seorang anak adalah sepanjang galah, kasih ibunda tentu sepanjang jalan. Hah sepanjang itu aja? Panjang jalan kian berkembang, namun panjang galah yaa kira-kira 5 meter. Bahkan andaikan kasih anak itu sepanjang jalan, maka kasih ibunda adalah sepanjang masa. Kalau begitu belum pantaslah kita memikirkan Bidadari baru yang muncul baru-baru ini,  hingga membuat kita luput memberi cinta yang seharusnya “sangat lebih pantas banget” untuk ibunda kita, Beliaulah sang bidadari, bidadari pertama kita.

Hmm saya menemukan status di facebook yang kereeeeenn dan menginspirasi:

“Ketika dewasa, banyak pemuda melupakan siapa BIDADARI mereka sesungguhnya...terlalu banyak kegalauan memikirkan PARA BIDADARI yang baru hadir dalam hidupnya...#Berbaktilah!

“Pernah sadar, beliau (ibu) hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.. Pernah ada wanita selain beliau (ibu) yang seperti itu? Kenapa beliau dilupakan dengan hadirnya bidadari baru dipikiran,,,#Berbaktilah!

Masihkah kita pantas gundah gulana memikirkan bidadari lain, yang menyebabkan kegalauan disudut ruang hati kita, menyibukkan syaraf-syaraf otak kita dengan “rasa” tersebut, dan menggrogoti celah-celah keimanan kita yang sudah compang camping. Ayolah temans (mengajak diri pribadi juga) saat ini cukup bagi kita untuk memikirkan ibunda tercinta dulu sebelum waktu yang tepat, jangan biarkan kesibukkan hati ditambah amanah yang bertumpuk melalaikan kita untuk meluangkan waktu dan menanam pohon cinta di ruang hati ibunda kita. Hingga kelak bersemi bunga senyuman bangga terhadap anaknya. Yuk kita tengok ayat di dalam surat cinta-Nya dan hadits dari suri tauladan kita yang menyinggung mengenai berbakti kepada keduaorangtua.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14)

Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata : Datang seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian dia bertanya : Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ayahmu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bangunlah keharmonisan keluarga yang ada saat ini, janganlah kita jadikan beban memikirkan amanah apalagi ditambah cinta yang berlarut-larut menjadi beban pikiran dan menyesakkan dada. Kita yang terlarut dari agenda-agenda yang begitu padatnya hingga memisahkan jurang yang begitu jauh kepada kedua orangtua kita, pernahkah menjadi kekhawatiran kita? Pernah kah kita berpikir mereka meridhoi kita dari aktivitas ini? Walaupun kita berada didalam aktivitas kebaikan. Sungguh merugi jika mereka benar-benar tidak ridho terhadap aktivitas kita akibat kelalaian kita untuk berbakti secara nyata. Kita sibuk mengarahkan diri sendiri dan orang lain untuk berbuat baik. Namun, kita luput mengarahkan keluarga kita/

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah maalikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-tahrim: 6)

Dan begitu banyak balasan yang akan diberikan kepada Allah untukmu wahai saudaraku, apabila engkau berbakti kepada kedua orangtuamu dengan ikhlas, semata-mata hanya karena mendapatkan pahala dari Allah, diantaranya adalah Allah akan memasukkan seseorang dari pintu surga yang paling tengah bagi anak yang bebakti kepada kedua orangtuanya. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”orangtua adalah pintu surga yang paling tengah, apabila kau mau maka sia-siakanlah pintu tersebut atau peliharalah.(HR, Tirmidzi).

cinta adalah manusia , karena

dia lahir atas nama cinta

hidup dengan cinta

dan mati demi cinta

manusia berhutang pada cinta

atas kelahiran, kehidupan dan kematian

diatas segalanya

manusia berhutang pada sumber cinta sejati

(No Name, ketemu di laptop gatau siapa yang buat. Semoga Allah memberkahinya)

Saudaraku, sebagai penutup dari tulisan ini, saudaraku berbaktilah kepada kedua orantuamu terutama ibumu semata-mata karena Allah telah menyuruhmu untuk berbakti kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menciptakanmu serta ayah dan ibumu kemudian bersyukurlah kepada ibumu yang telah melahirkan dan merawatmu. Bersegeralah untuk berbuat kebaikan karena engkau tidak mengetahui kapan dan dimana engkau akan mati serta dimana tempatmu akan kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun