Oleh: M. Abd. rahim
***
Sejak kemarin, aku bersama jiwaku menuju lautan rindu untuk membersihkan rasa cinta dan kebencian yang sama-sama begitu dalam. Tiba, dihadapannya aku memaku dan tidak saling menyapa, sunyi hati ini tanpa indah senyumannya.
Sambil menjalankan pikiran, melihat sosok yang kurindukan. Dia terlihat tetap anggun, wibawa, cantik jelita. Aku duduk dari kejauhan sambil melempar kerinduan, mengingat kebersamaan yang begitu lama Berjuang bersama, bercanda, sedih, dan tertawa bersamanya.
"Ku berharap, kau seperti dulu. Senyum yang terus berbunga, memberikan keharuman dan kebahagiaan. Tiada kesunyian, tak saling sapa. Namun, bersuka ria dan bahagia, mengabaikan dan melupakan hari-hari kemarin. Maafkan aku, bila kesalahanku melebihi ombak lautan."
Sampai saat ini, lautan rindu itu begitu dalam dan terus mencari pintu kedamaian. Berharap kepada Tuhan mengampuniku atas dosa-dosa dan kesalahan. Apalagi, kini lautan rindu telah mengalir mesra di dalam sanubari. "Tuhan, bukalah pintu hatinya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan, agar kami bisa bersama seperti dulu lagi, maafkan aku!"
***
Surabaya, 22 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI